Berawal dari keingin tahuan, namun takut untuk diungkapkan, karna setiap sesuatu yang disandingkan dengan prihal tuhan menjadi hal yang sensitif untuk bicarakan jika tidak kepada orang yang faham dengan hal tersebut. Alhamdulillah disuatu majlis ilmu bersama sahabat-sahabat UAS yang saat itu dihadiri oleh tuan guru Ustad Abdul Somad dalam acara wirid bulanan UAS 96 (Ukhuwah Angkatan Sembilan Enam) di isi dengan pengajian membahas kitab Kitabul arba`iin fi usuluddin karangan Imam Abi hamid Muhammad ibnu Muhammad ghazali yang langsung dipaparkan oleh Tuan Guru Ustad Abdul Somad. Agar pertemuan setiap bulan nya bergizi dan membawa keberkahan maka di isi dengan kajian-kajian bernuansa keilmuan Islam.
Kajian Kitabul arba`iin fi usuluddin berisikan diantaranya tauhid, ushulul fiqh dan tasawuf , yang dibahas oleh tuan guru diawali dengan fasal zat Allah, pandang dan lebar tuan guru memaparkan kepada majlis yang berkaitan dengan zat Allah. Di akhir penyampaian dari tuan guru kami di berikan kesempatan untuk bertanya, maka kesempatan itu di manfaatkan oleh peserta majlis untuk menambah keilmuan dan meyakinkan diri dari segala yang meragukan, karna diberi kesempatan untuk bertanya langsung kepada Tuan Guru, termasuk saya yang Alhamdulillah dari sekian banyak yang bertanya saya mendapat kan kesempatan. Namun awalnya ada ke kawatiran dalam diri saya apakah pertanyaan yang akan saya sampaikan ini akan bermanfaat atau malah semakin meragukan imam terutama bagi diri saya, karna pertanyaan nya berhubungan langsung tentang eksistensi keberadan Allah. Namun saya memberanikan diri untuk bertanya kepada Tuan Guru, dengan maksud agar menghilangkan keraguan bahwa keberadaan Allah memang betul- betul bisa diterima oleh akal manusia yang yang sehat, karna memang makhluk membutuhkan Allah.
Dengan penuh rasa kegalaun saya bertanya kepada Tuan guru, Mengapa Ada Allah? Namun Betul perkiraan saya sebelumnya bahwa sahabat-sahabat yang hadir saat itu tertawa, karna mungkin pertanyaan saya ini mengambarkan isi hati saya yang kurang yakin terhadap eksistensi Allah.Tapi saya yakin bukan itu yang menyebabkan sahabat-sahabat tertawa, lebih dari itu saya yakini bahwa pertemuan yang tak lepas dari canda tawa namun tetap membawa kepada hal yang baik dan sangat bermanfaat dalam kajian tersebut. Dengan gaya Tuan Guru yang santai dan bersahaja, sebelum menjawab pertanyaan saya, beliau tersenyum seolah- olah memberikan kepastian bagi diri saya, bahwa yang saya tanyakan adalah prihal yang tidak menyalah dari ajaran tauhid.
Tuan Guru mulai memaparkan dari apa yang saya tanyakan, Diawaili dari kehidupan masa sebelum Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam diutus kebumi. Pada masa Nabi Muhammad Salallahu alaihi wasallam belum di perintahkan untuk menyampaikan wahyu Allah, Abu Sopian, Abu Lahab, Abu Jahal pada masa Jahiliah mereka semua saat itu percaya bahwa Allah itu ada, namun mereka tidak menyembah kepada Allah contohnya pada saat itu banyak manusia pada saat itu lahir memberikan nama anak nya dengan nama Abdullah yang artinya hamba Allah. Kalau ditanya pada mereka yang hidup saat itu maka meraka akan menjawab bahwa mereka percaya kepada Allah dan mereka percaya bahwa langit dan bumi semesta ini adalah ciptaan Allah, yang menurunkan air dari langit mereka yakin itu adalah atas perintah Allah. Namun pastinya mereka tidak meyembah Allah melainkan menyembah Lata, uzza, manah.
Siapa Al Lata atau Al-Lat menurut Philip K. Hitti berasal dari kata Ilahah, artinya tuhan perempuan. Dalam buku karya Hitti yang berjudul History of the Arabs, Herodotus, sejarawan Yunani menyebutnya sebagai Alilat yang juga berarti tuhan perempuan. Alilat merupakan salah satu tuhan bangsa Nabatea. Herodotus juga menyebut adanya kuil Allat yang disebut sebagai Aphrodite Urania. Bangsa Nabatea atau Nabataean berjaya dalam bidang perdagangan pada sekitar 400 Sebelum Masehi atau 1.000 tahun sebelum Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam lahir. Bangsa ini membuat kota besar dengan cara memahat dinding bukit yang kini disebut sebagai Petra di Yordania. Al Uzza diwujudkan dalam bentuk obeliks atau tiang batu berdampingan dengan obeliks untuk dewa utama Petra, yakni Dushara atau Dzu al-Syara. Kuil utama untuk Al Uzza terdapat di Temple of the Winged Lions. Sementara itu, Al Uzza menurut Hitti artinya yang paling agung, Venus, atau bintang pagi. Al Uzza merupakan permaisuri Uzzay-an, tuhan bangsa Arab Selatan.
Manah menurut Hitti berasal dari kata Maniyah yang artinya pembagian nasib. Dalam buku Alquran dan Tafsirnya terbitan Kementerian Agama RI, disebutkan saat Muhammad belum menerima wahyu, ada tempat pemujaan Al-Lat di dekat Taif. Al Uzza dipuja di Nakhlah di sebelah timur Mekkah. Bentuknya berupa tiga batang pohon. Manah diwujudkan dalam bentuk batu hitam di Qudayd, daerah di antara Makkah dan Madinah.
Al Lat, Al Uzza, dan Manah di Hijaz, dewa utama di Mekkah yang patungnya diyakini dibawa dari Moab atau Mesopotamia. Pada saat Muhammad menerima wahyu Al quran, patung-patung pun dihancurkan, bangsa Nabatea memuja banyak dewa dan mengalami evolusi seiring waktu. Religi Nabatea itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dan saling mempengaruhi dengan peradaban di sekitarnya, misalnya Mesir, Syria, Arab bagian utara dan Edom, serta belakangan Yunani dan Romawi. Al Lata, al Uzza, dan Manah dapat muncul dalam berbagai variasi nama dan bentuk yang tujuannya untuk menyekutukan Allah SWT. Singkatnya, beberapa peradaban membuat konsep religi masing-masing.
Lanjut Tuan Guru menerangkan, Untuk meyakini Allah itu Ada, maka diperintahkan kepada kita untuk melihat tanda-tanda Allah itu ada, misalnya tanda tanda adanya dalam ciptaan langit dan bumi siang dan malam serta segala sesuatu yang terjadi seisi alam ini. Orang yang percaya kepada Allah dengan melihat tanda-tandanya jalan mempelajari sifat sifat Allah disebut `alim. Kemudian orang yang mengenal Allah dengan cara mengenal diri sendiri dan melawan hawa nafsu untuk mensucikan diri disebut `Arifbillah yang di kaitkan hal ini kepada orang-orang ahli tasawuf. Tuan Guru memisalkan, dengan cara melihat tanda tanda yang dimaksud. Saya tahu ustad somad ada di pekanbaru, karna saya tahu ada jadwal tausiah di pekanbaru. Dan ada yang melihat dia di Pekanbaru. Itu artinya melihat dengan tanda-tanda dan disebut `alim, karna melihat tanda tanda saja, tapi kalau telah melihat tanda-tanda keberadaan ustad somad dipekanbaru dan berjumpa bahkan makan, bersalaman dengan ustad somad itu dinamakan `arif.
Untuk membakar ketidak pastian mengapa Allah itu ada maka harus menselaraskan akal manusia dengan wahyu Allah bahwa mengapa ada Allah, dengan cara berfikir memakai filsafat, keilmuan filsafat akan mejadi jalan menemukan Tuhan memakai akal, sebab itu orang berfilsafat yang mempunyai landasan Al quran yang Mantap akan melahirkan pemikir- pemikir Islam yang bisa meng Islam kan banyak orang. Untuk memberikan kepercayaan kepada orang yang tidak percaya kepada Allah harus memakai pendahulukan filsafat tidak memakai Al-Quran saja. Tuan guru memisalkan bahwa mengapa Ada Allah, mungkinkah perahu yang kecil di itu setiap pagi berangkat kesebuah pulau dan sore nya pulang dengan bergerak sendiri tanpa ada yang mengerakkan. Tentu jawabannya tidak mungkin, pasti ada yang mengerakkan, yakni manusia, maka mungkinkah alam semesta yang besar ini, bergantinya siang dan malam, hujan, panas dan lain-lain bisa terjadi dengan sendirinya, pasti tidak mungkin, musti ada yang mengerakkan, zat itulah yang dinamakan Allah. Karna selain Allah tidak mampu untuk melaksanakan tugas-tugas itu. Analisa saya, dari apa yang disampaikan Tuan Guru, Jawaban mengapa Allah itu ada, dapat kita pahami bahwa dengan cara mencari jawaban, bukti Allah itu ada, dengan tanda-tanda nya yang telah dipaparkan tadi maka kita akan mendapat kepastian bahwa mengapa Allah ada, karna alam ini terjadi tidak dengan sendirinya Allah lah yang mengatur semuanya. Telah menjadi hal Mutlak tak dapat diingkari oleh akal manusia yang berfikir, atas adanya Allah
Kemudian lanjut Tuan Guru, menjelaskan lawan dari alasan mengapa ada
Allah yakni aliran Atheis yang artinya
adalah tidak percaya keberadaan Tuhan/ Allah
pada dari masa Rasullah telah ada yang disebut dengan kelompok dahriun
(zaman atau masa) artinya kami mati, kami
hidup yang membinasakan kami adalah masa, terjadi dengan sendirinya Dalam artian tidak ada campur tangan Tuhan.
Dan atheis ini ada beberapa aliran. Pertama, aliran agnostik aku percaya
pada tuhan tapi tidak percaya kepada agama, karena Tuhan terlalu sempit untuk
dipakai satu agama saja. Dan tuhan tak bisa diikat oleh satu agama. Aliran
atheis kedua adalah aliran atheis murni tak mengakui adanya Tuhan.yang
menyebutkan bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya dan akan hancur oleh masa
atau zaman. Untuk mematahkan pendapat
aliran atheis bahwa tuhan itu ada, dengan tersenyum Tuan guru memisalkan perdebatan antara Abu
Hanifa dan orang Atheis.” Sewaktu orang Atheis meminta Abu Hanifa membuktikan
bahwa Tuhan itu ada. Maka Abu Hanifah menjawab, anda yang sedang berpidota
diatas mimbar sana ( orang Atheis) silahkan turun dari mimbar itu dan Abu
Hanifah menggantikan posisi dia diatas mimbar seraya berkata itu lah bukti
adanya tuhan mengerakkan orang jahat ( atheis) ke bawah dan mengerakkan orang
baik ke atas mimbar. Wallahu a'lam bish-shawab. (Oleh : Alhadar Kurdi, M.Pd.I | Guru Pesantren Teknologi Riau)
Tidak ada komentar: