Alhadar Kurdi, M.Pd.I - Guru Akidah Akhlak MA. Ummatan Wasathan PTR |
Kehidupan makhluk didunia ini tidak pernah terlepas dari kata-kata pendidikan baik mahkluk yang berakal disebut manusia ataupun yang mahkluk yang tidak berakal kita sebut hewan, secara universal semua megalami pendidikan namun caranya sahaja yang berbeda. Namun penulis tidak bercerita tentang perbedaan diantara keduanya, lebih menekan kan pada tata cara mendidik dalam kehidupan manusia bukan dalam artian khusus yakni tenaga pendidik atau guru, akan tetapi kepada kita semua sebab disadari atau tidak disadari manusia akan mendidik, pendidik bagi dirinya sendiri dan orang disekitarnya. Mari kita lihat arti mendidik. Menurut Prof. H. Mahmud Yunus Yang dimaksud dengan pendidikan adalah ”upaya yang sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, jasmani dan moral sehingga secara perlahan dapat menuntun anak pada tujuan dan cita-citanya yang tertinggi”. Agar dapat hidup bahagia dan apa yang dilakukannya dapat menguntungkan dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, negara dan agama. Jelas defenisi ini menyebutkan bahwa tujuan pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan anak jasmaninya dan moralnya agar anak menjadi manusia yang berguna bagi orang lain atau kita kenal dengan istillah insan kamil. Tentunya jasmani yang kuat dalam menahan hantaman ombak kehidupan, dan rohani terpatri dalam nuansa kebaikan umat, menjadi penerang dalam kegelapan, menjadi pembaharu dalam keusangan, menjadi semangat baru dalam perjuangan, menjadi kenyataan ketika bangun dari mimpi sang penakluk.
Untuk mencapai tujuan pendidikan maka perlu strategi dalam mendidik salah satunnya adalah mendidik jangan memaki, sering kita mendengar orang tua marah, guru marah, itu lumrah dan biasa saja bahkan sifat marah itu harus ada namun tetap dalam kolidor yang sesuai tentunya. Bukan berarti kita dilarang marah, tapi caranya saja yang harus tepat dalam memposisikan kondisinya, yang terpenting tidak dengan memaki, karna memaki akan berkesan ampuh didalam nalusi terdidik hingga mengganggu psikologisnya, kadang kala mereka menjadi tidak percaya diri, takut mencoba dan lain sebagainya, karna pernah dimaki. Dalam kamus bahasa Indonesia memaki dapat diartikan dengan mengeluarkan kata-kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dsb) sbg pelampiasan kemarahan atau rasa jengkel.
Tidak jarang manusia dewasa terhanyut dalam bayang-bayang hitam yang menakutkan bahkan menjadi alasan untuk tidak menjadi sukses karna selalu dimaki oleh orang tua, guru, teman dekat, lingkungan yang kasar. Misalnya, kata kata memaki, kamu bodoh, kamu nakal, kamu tidak berguna, kamu tidak akan berhasil, kamu kurang ajar bahkan yang paling kasar kamu binatang atau kamu setan. Makian ini akan selalu menjadi bayangan hitam disetiap langkah manusia yang selalu dimaki, bahkan ada ungkapan yang lebih parah lagi, kalau lah satu, dua atau banyak orang yang mengatakan kamu bodoh, kamu nakal bisa saja anak tersebut akan berfikir mungkin iya saya nakal, munkin iya saya bodoh, dan prasangka dugaan hati ini akan menganggu perkembangan kepribadian masa depan sang anak tentunya. Bukankah kita semua menginginkan apapun yang terbaik untuk orang tersayang ataupun orang yang pernah kita didik, maka perlu kita mengintropeksi diri, pernahkan mendidik dengan memaki karna dengan berbagai banyak alasan untuk memaki, untuk itu pastinya semua harus menjadi pembelajaran penting bagi kita semua agar tidak terlepas dari penyesalan sebab akibat dari prilaku yang tanpa disadari sudah meracuni perkembangan masa depan mereka secara permanen dan sulit untuk di pulihkan dalam artian bukan tidak bisa dipulihkan namun memerlukan waktu yang tidak pendek juga.
Mari bersama sama kita mengubah dari memaki kepada pola yang tidak memakai makian misalnya dengan beberapa cara:
1. Bicara dengan tenang tak perlu berteriak kepada anak
2. Beri pengertian akibat kata memaki tersebut
3. Beri konsekuensi bila melakukan kata kata memaki
4. Kita menjadi teladan untuk tidak memaki
Tentunya perlu pembiasaan agar kita benar-benar menjadi terbiasa dengan hal yang baik, tentu dalam menerapkan dilapangan tidak semudah dengan kata-kata dalam tulisan. Pastinya godaan dan alasan memaki akan selalu datang kejiwa kita karna prilaku anak yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, walau telah berbagai macam upaya dilakukan namun selalu membuat jengkel, lagi- lagi kata- kata yang mudah diucapkan sulit di aplikasikan menjadi rem sikap bagi kita dalam bertindak, agar selalu berhati-hati akibat dari memaki. Kalau kita dapat mengulang dan mengingat kembali saat kita ataupun orang lain yang sedang dimaki oleh orang lain maka apa yang kita rasakan tentunya yang akan timbul adalah kebencian dan dendam, itu adalah efek dari memaki yang sangat cepat dari stimulus makian hingga reaksinya, dalam artian sewaktu dimaki langsung ada timbal balik kepada si pemaki yakni kebencian, apakah kebencian adalah konsep yang kita inginkan, semua kita menjawab pasti tidak.mungkin mereka yang termaki tidak berani melawan secara terang-terangan namun dibalik semua itu akan tersimpan rasa tidak simpati dan kebencian yang mendarah daging, Mungkin, kalau itu tidak segara di benahi. Namun perlu kita ingat bahwa memperbaiki lebih sulit dari pada kita membentuk. Maka mari kita mulai untuk membentuk bukan yang ada dan memperbaiki yang telah ternoda.
Semoga kita semua selalu dalam langkah-langkah yang dibimbing Allah dalam melakukan setiap gerak gerik dalam menjalani kehidupan serta profesi kita terutama bagi pendidik umum nya untuk semua pembaca, karna kita hidup bersamaan dengan oprang lain yang melihat dan belajar dari apa yang kita lakukan, kalau itu baik insya allah manjadi amal jariyah kalau itu buruk na`uzubilla menjadi dosa jariah.waallahu a`lam bisawaf.
Mendidik Tak Perlu Memaki
Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR
on
Juni 06, 2021
Rating:
Betul sekali 👍👍👍👍
BalasHapusmemang harus diterapkan pada semua para pendidik dan orang tua ..