Ustadzahku Ibuku

       
Intan Sry Rezeky (Santri Kelas X IS)
Pekanbaru, 16 Juli 2016 Pesantren Teknologi Riau. Awal cerita kehidupan baru yang tak pernah saya lupakan. yahh, menyandang status sebagai seorang santri. Setelah menyelesaikan sekolah pendidikan dasar di kampung dengan sikap yang masih manja serta ketidaktahuan bagaimana cara hidup mandiri, Saya memutuskan untuk merubah pola pikir kanak-kanak agar dapat hidup mandiri, memiliki pengetahuan agama yang tinggi dan bisa terjun bermanfaat di lingkungan masyarakat. Tentunya pilihan saya jatuh kepada Pesantren. Yahh, berbekal dukungan orang tua dan kemauan saya yang ingin masuk pesantren, Sesampai dipesantren para santri baru datang dan menurunkan barang-barang dari mobil masing-masing sembari dibawa ke dalam asrama yang diarahkan oleh Ukhti Pengurus Organisasi (OS) untuk masuk ke kamar yang telah diatur sesuai nama. Tidak jauh berbeda dari teman lainnya, saya dan mama menuju kamar saya dengan rasa hati yang tidak karuan karena pikiran, Belum siap ditinggal pulang orang tua, yang menghantui saya. Sesampai dikamar, saya melihat-lihat kondisi kamar yang cukup luas, lemari, serta ranjang tanpa fasilitas untuk bermanja-manja. Setelah selesai membereskan barang-barang, saya dan mama keluar dari asrama menuju papa saya. Tidak perlu menunggu lama, kedua orang tua saya memberi nasehat agar saya selalu bersemangat dan selalu ingat tujuan bersekolah dipesantren. Kemudian, mereka pulang kerumah dan saya memeluk, mencium serta menyalami mereka. Yahh, saya sudah pasti menangis. Oh ingat saya harus kuat!. Hidup mondok itu memang terasa berat untuk hari- hari pertama namun setelah terbiasa dengan lingkungan mondok ternyata sangat asik dan membahagiakan mendapat keluarga baru. Kawan saling mengingatkan dan saling menghibur dikala bersedih.

Dikamar, saya mulai berkenalan dengan teman-teman dari berbagai daerah, kawan baru membawa nuansa baru bagi pribadi saya. serta melakukan aktivitas yang dilakukan hampir secara keseluruhan bersama, dari sini saya banyak belajar tentang kehidupan dan memahami arti kekeluargaan. Apalagi ketika saya dan teman saya melanggar peraturan yang ada seperti, terlambat ke masjid, tidak memakai bahasa, tidak hadir ekstrakurikuler dan sebagainya. Tentunya setiap kesalahan yang telah diperbuat ada sanksi/ balasan nya seperti,  hafalan qur'an/ hadist, bersih-bersih dan sebagainya. Nah, disaat seperti itu saya selalu  mengeluh letih. Tapi, semua peraturan yang ada memang harus dipatuhi untuk melatih kedisiplinan pada diri santri. Dengan aktivitas yang benar-benar tertata rapi tanpa waktu luang yang sia-sia. 

Illustrasi

Saya suka berkeluh kesah kepada wali kelas saya. Mulai dari yang senang hingga yang sedih. Ustadzah saya tidak pernah bosan mendengarkan semua hal yang saya ceritakan. Beliau selalu memberi nasehat jika saya salah, memberi motivasi jika keinginan belajar melemah, dan beliau tidak henti-hentinya mendukung setiap hal positif yang ingin saya laksanakan. Beliau benar-benar seperti ibu kedua bagi saya. Beliau mendampingi serta mendidik saya dan teman-teman agar menjadi anak-anak yang berkarakter baik, beriman, bertawaqal, mempunyai ilmu pengetahuan yang tinggi, menguasai keahlian life skill menjadi bekal untuk hidup mandiri dimasa depan. Tak pernah terlupakan ustazah-ustazah  memberikan kasih sayang yang tulus sebagai orang tua serta mengangap saya dan teman-teman  sebagai anak beliau sendiri yang harus beliau jaga dan dampingi dalam mencari ilmu yang kami butuhkan untuk kehidupan ini.

Alhamdulillah, Tak terasa ini sudah hampir masuk tahun ke lima,  saya mencari ilmu di Pesantren Teknologi Riau. Benar-benar banyak pengalaman dan pelajaran yang saya  dapat. Saya bangga menjadi seorang santri.

Tetapi jangan hanya bangga menjadi santri, Jadilah santri yang dapat dibanggakan. Yang bisa membuat orang tua, guru, kiai, saudara-saudara bangga terhadap kita. Ibadah yang terjaga, ilmu agama yang paling utama, serta memiliki banyak teman dari berbagai daerah yang sudah dianggap seperti saudara. Dipondok dilatih memiliki jiwa kepemimpinan, Siap memperbaiki dan siap diperbaiki merupakan sebuah sikap mentalitas yang harus ditumbuhkan dan dijaga. Orang hebat melahirkan beberapa karya bermutu. Tapi,guru yang bermutu melahirkan ribuan orang-orang yang hebat. |Oleh : Intan Sry Rezeky (Santri Kelas X IS MA Ummatan Wasathan)
Ustadzahku Ibuku Ustadzahku Ibuku Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on Juli 07, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar: