Pesantren : Antara Minat Bakat atau Keinginan Orang Tua



Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 3 adalah waktu untuk menentukan kemana saya akan meneruskan pendidikan, Saya berpikir akan melanjutkan sekolah dimana saya bisa mengembangkan bakat dan sekaligus bisa merubah kepribadian  saya menjadi lebih baik terutama dalam pengamalan beribadah. Saya mulai  melirik   ke pondok pesantren sekaligus sekolah yang bisa mengembangkan bakat saya. Kali ini saya pikiran saya terpaku oleh satu pilihan yakni pondok pesantren. Pondok pesantren adalah kumpulan para santri yang berusaha untuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang kurang  kurang baik  menjadi kebiasaan yang baik. Santri yang nakal pasti ada, disetiap pondok pesantren, tetapi setidak –tidaknya senakal nakalnya santri pasti ibadahnya terjaga. Insya Allah, karna lingkungan juga akan mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya. Namun bukan tentang santri  nakal yang ingin saya tuliskan, bahkan banyak asumsi dari orang tua, setiap anak yang nakal masukkan ke pesantren, karna menurut saya lingkungan pendidikan pesantren bukan panti rehab remaja nakal. 


            Antara  minat dan bakat serta keinginan orang tua selalu menjadi perang urat syaraf dan argumentasi di dalam perasaan seorang anak jika akan melanjutkan pendidikan,  minat adalah keinginan manusia terlepas dari dia mampu atau tidak atau dia  berbakat atau tidak, karena minat bisa banyak di pengaruhi berbagai aspek, misalnya mengikuti teman, misalnya sedang ngetrend, misalnya dan sebagainya. Kadang kala orang berminat selalu tidak berbakat dan karena dipengaruhi oleh luar dirinya tidak  jarang cita-cita tak tercapai, bisa disebabkan karena tak sesuai dengan bakat. Begitu juga dengan mengandalkan bakat, kadang kala seorang anak tidak mengerti bahwa ia berbakat, maka butuh pendapat orang tua untuk memberikan masukan kepada sang anak. Ataupun keinginan orang tua yang mendominasi untuk kelanjutan pendidikan  maka sering  berakhir dengan kekecewaan. Menurut saya antara minat, bakat dan keinginan orang tua hendaknya menjadi diskusi yang matang, untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sampai pada saatnya saya juga harus menentukan pilihan untuk melanjutkan pendidikan saya, setelah menyelesaikan studi di SMP, saya sudah mulai melirik dan menggali potensi diri kemana arah  minat dan bakat   saya.


 Pada saatnya sampai,  saya menetapkan  pilihan saya untuk  melanjutkan studi di Madrasah Aliyah Ummatan Wasathan Pondok Pesantren Teknologi Riau, Karena  banyak cerita dari orang-orang    lulusan  PPTR  telah banyak  menjadi orang sukses.  Dan  juga banyak mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi ternama di Indonesia. Bahkan luar negeri. Tentunya saya juga termotivasi untuk meraih cita-cita dengan mendapatkan bea siswa dan meringankan beban orang tua. Berawal dari  itu maka kecintaan saya terhadap pendidikan pesantren mulai tertanam, memang saya akui tidak ringan untuk merobah kebiasaan dirumah menjadi kebiasaan bernuansa pesantren. Alhamdulillah semua mulai mendarah daging dalam diri saya.

Dan juga berawal mencari pondok pesantren yang bagus dibidang ekstrakurikuler pramuka, karena memang dari dulu saya menyukai kegiatan ini. waktu itu ada yang memberitahu saya bahwa pramuka di PPTR sangat bagus. Ternyata setelah saya bergabung di PPTR,  benar,  pramukanya luar biasa, dibawah binaan orang yang professional ,telah banyak meraih prestasi.  Ilmu kepramukaan sangat bermanfaat,  semua diajarkan disana.dari mulai latihan PBB, membuat pioneering, dan lain-lain. Awal masuk untuk santri barupun kami  digembirakan dengan  kegiatan berkemah. Di PPTR juga ada kegiatan hiking, perjalanannya cukup jauh tapi tidak terasa melelahkan karena ramai, susah senang dilakukan bersama. Tetapi kegiatan hiking jarang dilakukan, biasanya hanya dilakukan di ketika ada acara, semata- mata untuk meramaikan.



Ketika saya sudah masuk  di lingkungan  PPTR saya baru dapat merasakan bahwa saya juga mempunyai bakat lain bukan pramuka saja, Awal masuk selang beberapa minggu ada seleksi paskibra untuk 17 Agustus, Alhamdulillah saya  lolos seleksi. Untuk pertama kalinya saya ikut paskibra, saya langsung ditunjuk sebagai pembawa bendera. Latihan setiap pagi dan sore untuk mendapatkan hasil maksimal. Di PPTR semuanya harus dipersiapkan dengan matang, sesuai dengan ungkapan pimpinan pondok Pesantren Teknologi Riau,  siapa yang naik tanpa persiapan, maka akan turun tanpa penghormatan.

Kegiatan demi kegiatan kami lakukan di pesantren dalam rangka mengasah kemampuan dan keahlian dibidang yang  kita minati,  pada  Saat itu saya pun  tertarik untuk menjadi pemain voli di PPTR  karna sebelum di PTR sayapun pernah menjadi pemain voli di SMP.  tapi saya tidak melihat ada santri putri yang latihan. Kemudian saat disekolah saya bertanya dengan salah satu ustad," ustad voli putri disini gak boleh main ya", ustad menjawab," dulu boleh karena ada yang melatih,tapi ustad yang biasanya melatih sudah 8 tahun tidah melatih,coba nanti ustad tanyakan ya siapa tau ustadnya mau melatih lagi".

Saya sangat senang saat diberitahukan bahwa ustad yang biasanya melatih voli mau kembali melatih lagi. Kebetulan juga waktu itu diberitahukan ada ajang Pekan Olah Raga Pondok Pesantren  (pospeda) tingkat kota peklanbaru, jadi tim voli saat itu ditargetkan untuk menang diajang dimaksud. Untuk masuk menjadi tim sebelumnya ada seleksi anggota, kakak kelas mendata siapa- siapa saja  yang ingin ikut. Waktu pendataan di kelas saya masih ragu, jadi sempat tidak terdata. Sore harinya adalah waktu penyeleksian, saya yang tidak ikut terdata memberanikan diri untuk seleksi.

Sebelum seleksi saya izin kepada pelatih voli bahwasanya saya ingin ikut seleksi tapi sebelumnya tidak ikut didata. Tanpa basa basi ustad yang akan melatih langsung meng iya kan karena ustadnya mau menerima anggota bukan sekedar mampu tapi juga memiliki kemauan, serta mempunyai pisik yang stabil. Sambung pelatih nya karna untuk menjadi pemain yang hebat akan menjalani latihan yang berat. Pastinya membutuhkan stamina stabil juga.

Tak lama berselang kami yang telah terdata untuk mengikuti seleksi berjumlah 20 orang namun nantinnya yang akan di panggil menjadi tem voli PPTR hanya 12 orang.  Awalnya saya  tidak punya keyakinan dan target untuk bisa  masuk dalam tem tersebut, melihat persiangan begitu ketat dan banyak kakak senior yang ikut dalam seleksi tersebut. Namun  Alhamdulillah  ternyata saya terpilih untuk memperkuat tem voli PPTR . Saya sangat senang,  saya bisa latihan voli sekaligus berlomba di ajang POSPEDA tingkat kota Pekanbaru, setelah mengalahkan tem pesantren se- kota pekanbaru  kami dipercaya menjadi utusan Pekanbaru untuk ajang POSPEDA tingkat Proppinsi Riau. Latihan demi latihan kami lakukan dibawah binaan pelatih Voli PPTR hingga, untuk menjadi pemain yang profesional, Alhamdulillah diajang POSPEDA Propinsi Riau kami masuk final, dan mendapat juara dua se Propinsi Riau, setelah ajang berakhir kamipun di beri informasi bahwa satu dianatara kami terpilih untuk duta Riau menjadi atlit Voli tingkat Nasional di Bandung yakni Ukhti Seroja, walaupun bukan saya yang terpilih tapi saya sangat merasa bangga.  Banyak kenagan yang terlukis menjadi tem voli PPTR, kami dilatih bukan hanya menjadi pemain yang handal tetapi juga di bina menjadi keluarga kecil dalam tem tersebut. Kekeluargaan sangat terasa. Kedisilinan dalam latihan juga di terapkan. Kekompakan menjadi modal utama dalam berlatih.

Dari sekian banyak cerita saya tentang perjalanan saya di Pesantren, ada orang  yang bertanya," betah nggak dipondok?, Gimana dipondok?,  Enak enggak?",  Dan banyak lagi pertanyaan mereka tentang kehidupan  pondok pesatren, terutama orang tua. Orang tua adalah orang yang paling tau tentang perasaan anaknya, walaupun anaknya nggak secara langsung nyampein kalo anaknya nggak betah, orang tua tetap tau. Orang tua tau keadaan kita ketika orang tua menjenguk anaknya kepondok, ada juga yang tau dari guru tapi hanya sebagian kecil. Ketika betatap muka anak tidak bisa menutupi kebohongannya tentang rasa dalam dirinya.

Memang Saya akui saya sempat tidak  betah menjalani hidup mondok, tapi orang tua saya selalu meyakinkan saya bahwa bahwa orang orang hebat itu gak pernah menghindar dari masalah, tapi berusaha menghadapi masalahnya sampai selesai. Orang tua selalu mengingatkan bahwa umur muda itu saat saat untuk susah, jangan sampai diwaktu tuanya baru merasakan penyesalan. Bercermn dari semua ucapan orang tua maka saya yakin semua ini akan melahirkan banyak hikmah dalam kehidupan saya dimasa depan. Dalam kata lain tidak ada satu orang tuapun didunia ini yang menginginkan anak nya tidak menjadi orang sukses. Kadang kala caranya yang berbeda. Disini lah saya  bisa melihat dimana letak minat, bakat dan keinginan orang tua bisa bersinergi untuk mengantarkan anak anaknya menjadi orang sukses. Pastinya orang tua dapat mersakan sang anak berbakat tapi tidak berminat, maka saya pun dapat merasakan ke ikut sertaan orang tua saya dalam mengarahkan  pilihan saya untuk melanjutkan pendidikan di Pesantren.  

                Ada slogan yang selalu kami dengar dikehidupan mondok,  yakni tak mondok tak keren. Memang slogan itu menjadi motivasi tersendiri dalam kehidupan saya, kehidupan dilingkungan pesantren setiap harinya sudah diatur sedemikian rapinya, hingga kita hanya harus membiasakannya saja. Setelah terbiasa semua akan terasa indah untuk dijalani maka demikian saya katakana, karna saya sudah merasakannya. Terlepas dari semua gaya kehidupan mondok pasti setiap orang tua ingin anak nya terjaga dari kehidupan bebas yang menyesatkan. Maka pun meyakini kehidupan pondok sangat mempengaruhi kesuksesan masa depan saya.agar terhindar dari pergaulan yang menyecewakan orang tua. Karna dilingkungan pesantren untuk pergaulan sangat menjadi perhatian semuanya, agar tak swalah arah.   Teringat sabda Rasulullah yang artinya  Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628).

Teman sangat penting dalam kehidupan. Anak zaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman dibanding keluarga. Begitu juga anak-anak yang dipondok jarang pulang kerumah, dan lebih banyak sama teman. Bagaimanapun kadaannya orang tua hanya mau yang terbaik untuk anaknya. Dan banyak orang tua percaya dengan pondok bisa merubah anak-anaknya untuk menjadi lebih baik. Dan saya yakin dengan pesan pesan kedua orang tua saya yang intinya semua akan indah pada waktunya. Kalau kita merasa lelah,kita harus ingat kedua orang tua kita lebih lelah. Kalau kita kecewa sama orang, lebih kecewa lagi orang tua kepada anaknya yang menolak untuk merubah sifatnya menjadi lebih baik. Insya Allah semua jerih payah serta pengorbanan orang tua akan terbalaskan dengan  kesuksesan. Aamiin.  Oleh: Nur Rohma Diah (Santri  kelas XI MIA MA. PTR)
Pesantren : Antara Minat Bakat atau Keinginan Orang Tua Pesantren : Antara  Minat Bakat atau Keinginan Orang Tua Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on Juli 03, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar: