Belajar dari Filosofi Hewan


Ilustrasi
     Pernah mikir gak sih, mungkin gak kalo kita bisa belajar dari hewan? Eh bukan berkelakuan kayak hewan yaa, hehehe.. Maksudnya kita mengambil pelajaran dari kehidupan hewan yang memiliki arti. Contoh nya seperti lebah. Pasti kalian semua tau lebah dong. lebah adalah salah satu hewan yang bisa dijadikan contoh. Banyak hal positif yang bisa diambil dari lebah. Yang pertama adalah apabila lebah menghinggap di ranting,rantingnya tidak akan patah. Maksudnya adalah dimanapun lebah berada dia akan selalu diterima karena dia tidak permah membuat masalah. Dimanapun lebah berada, tidak pernah membebani ranting sampai ranting patah. Jadi pesan buat kita semua jangan pernah membebani orang lain sampai orang lain merasa terbebani yang membuat orang lain terkena masalah. 
     Yang kedua adalah lebah tidak pernah makan yang kotor, dia selalu makan sari pati bunga nekstar yang manis. Maksudnya bukan seperti manusia yang harus makan makanan yang serba manis melainkan seperti manusia makan makanan yang halal, dan tidak boleh makan makanan haram. Lebah juga disebutkan di dalam Al-quran yang artinya, "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah, "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia, "kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (QS. An Nahl : 68-69)". Maka dari itulah lebah adalah hewan yang di istimewakan. Madu yang dikumpulkan lebah juga bermanfaat untuk manusia, bisa sebagai obat ataupun hanya sekedar dinikmati karena rasanya yang manis.
       Contoh hewan yang kedua yaitu ulat. Ada satu dongeng pernah saya baca, judulnya ulat yang suka makan. Ceritanya sangat menginspiratif. Jadi, ada seekor ulat yang sukanya makan mulu. Lagi asyik-asyik makan, tiba tiba ada lebah yang menghampiri dia. Si ulat sangat terkesima dengan si lebah yang bisa terbang, lalu ulat bertanya, "Bagaimana kamu bisa terbang?"

Kata si lebah, "Aku punya sayap,jadi aku bisa terbang. Kalau kamu punya kaki, kamu bisa jalan."

       Ulat itu menunduk, lalu berkata pasrah, "kurasa kamu benar." Ulat tersebut melanjutkan kegiatannya, yaitu makan. Baru saja ingin melahap daun,tiba tiba ada seekor burung yang hinggap disebelah ulat. Ulat itu kembali cemberut, "Aku juga ingin terbang di langit seperti itu."

       Si burung tertawa, "Hahahaha....., Kamu mana bisa terbang. Kalau kamu mau terbang, tubuhmu harus seringan serbuk. Kamu terlalu gemuk untuk bisa terbang di langit."

Ulat ini makin putus asa, lalu kembali berkata, "kurasa kamu benar."Ulat tersebut kembali memakan dedaunan meski sudah dibilang gemuk oleh si burung. Yang ia tahu dirinya harus makan. Namun,hatinya masih bersedih. Dia ingin sekali bisa terbang. Saat matahari terbenam, ulat pun berhenti mengunyah. Dia kedinginan dan menyelimuti tubuhnya dengan daun agar hangat. Ketika dia akan tertidur, tiba tiba ada seekor kupu-kupu yang cantik hinggap tepat dihadapannya. Ulat itu bersedih kembali. "Aahh..., Andai saja aku bisa terbang sepertimu," keluhnya lagi. "Tapi, aku terlalu gemuk dan aku hanya punya kaki, bukan sayap," lanjutnya.

      Kupu-kupu itu tersenyumpenuh rahasia, kemudian ia berkata, "hmm....., Siapa tau suatu saat nanti kamu dapat terbang juga. Yang peting , kamu lakukan saja tugasmu." Ia menatap ulat gemuk itu. "Apakah kamu sudah mengerjakan tugasmu dengan baik?" Tanya si kupu-kupu.

      Ulat kecil pun menjawab, "Iya. Aku sudah melakukan tugasku. Tugasku makan, makan, makan, makan, dan makan.

     "Ya sudah, sekarang kamu harus tidur," kata kupu-kupu.

      Ulat pun mengantuk yang luar biasa. Ia segera membungkus dirinya dengan daun. Hari demu hari, waktu ke waktu, ia lewati. Ulat tertidur sepanjang waktu. Ia tenggelam dalam mimpinya. Di dalam mimpinya, ia sedang terbang ke sana kemari. Melihat matahari lebih dekat, menembus awan, menghampiri bunga-bunga yang indah, dan berkeliling kemana pun ia ingin pergi. Hingga pada akhirnya ia merasa nggak enak badan dan kerap menggeliat berkali kali.

      Ketika si ulat berhasil keluar dari selimutnya itu, yang tidak lain adalah kepompong, angin meniup si ulat ke udara. Daaan..., Sinar matahari menyambut ulat dengan hangat. Dia tidak lagi pendek dan gemuk. Sekarang, dia punya sayap! Sayap yang lebar, besar, dan indah. Dengan segala coraknya yang berwarna-warni. Dia tidak lagi gemuk,sekarang tubuhnya sudah seringan kapas.

"Waaahhhhh...., Aku bisa terbang!" Si ulatpun merasa sangat senang. Penantian yang ia lakukan  selama ini membuahkan hasil. Dan, jadilah, dari yang sering di ejek pendek, gemuk, idup lagi. Sekarang, ulat itu sedah berubah menjadi seekor kupu-kupu yang indah.

      Kehidupan yang sesungguhnya, banyak dari kita yang nggak mampu menerima atau mengolah hinaan, cacian, makian, bahwa ya itulah proses pendewasaan kita. Ceritanya kayak si ulat tadi, sebab dia menerima yang lawannya katakan, meskipun agak putus asa dikit, dia tetep ayo aja. Tetep melakukan apa yang semestinya ia lakukan. Walaupun membutuhkan waktu yang lama, pada akhirnya, hasil dari usaha memang nggak ada yang cuma cuma.

    Belajar menerima itu mahal! Mampu menerima dicaci maki, dimarahin, dihujat dan macam-macam lainnya. Menerima beban berat, menerima konsekuensi, menerima hal yang kita tidak suka. Namun, namanya hidup itu penuh dengan kejutan dan rahasia.
Ilustrasi
 Contoh hewan yang ketiga adalah semut. Serangga semut termasuk kedalam golongan serangga serangga yang cerdas. Pasti banyak yang nanya, kenapa sih dengan semut ini? Jawabnnya begini, semut itu bisa melakukan strategi, yang membuat mereka menjadi sebuah kelompok, untuk membawa makanan yang beratnya lebih berat daripada badannya sendiri. Pasti kita menganggap itu biasa saja. Tapi kita nggak sadar kalau semut itu termasuk serangga yang jenius dari para serangga. Itulah kehebatan seekor semut.

 Bisa nggak sih kita mengambil hikmah dari ciptaan Allah yang namanya semut tadi? Jawabannya bisa banget. Begini, ada nggak sebuah kejadian didalam hidupmu, yang ketika hal itu terjadi dalam hidupmu membuat kamu itu benci sama Allah, karena merasa kok Allah ini nggak adil ya sama kita. Contohnya ketika kita ingin masuk sekolah yang kita inginkan, coba daftar di beberapa sekolah, eh.. malah nggak keterima sama sekali. Sampai akhirnya frustasi malah nyalahin Allah. Pernah nggak?

 Pernahkan pastinya mengalami suatu hal yang membuat kita itu nggak ngerti, kenapa sih hal ini harus terjadi dalam hidup kita. Itu sebenarnya adalah sebuah pertanyaan yang percaya atau enggak, pernah ditanyain sama semua orang. Jawabannya itu bisa diambil dengan menggunakan hikmah yang bisa kita peroleh dari seekor semut. Caranya begini, anggap kita ini semut deh. Ketika kita menjadi seekor semut, kita udah biasa ni mengatur strategi untuk melumpuhkan musuh yang badannya besar dan kita udah biasa untuk membawa makanan-makanan besar-besar tadi masuk kekandang kita. Karena kita adalah semut, dan kita cerdas.
 Tapi saya mau nanya, bisa nggak secerdas-cerdasnya semut membuat gedung bertingkat selayaknya manusia? Jawabannya pasti nggak bisa dong. Tapi kenapa nggak bisa? Jawabannya karena secerdas-cerdasnya semut, dia punya kemampuan yang terbatas. Yang memang diberikan Allah, ya batasnya segitu sebagai seekor semut, tidak bisa lebih. Sama seperti manusia. Manusia itu, tidak perduli sejenius apa, secerdas apa, punya kemampuan yang terbatas. Batasan kita sebagai manusia ini yang membuat kita tu kadang-kadang bingung mencerna kebijaksanaan Allah dengan hal-hal yang diziinkannya terjadi dalam hidup kita.

Semut-semut tadi itukan kelompok serangga  yang jenuis. Tapi kalo kita bisa berbicara sama semut, kemudian kita jelasin begini loh caranya membuat gedung bangunan, mereka pasti bingung. Kenapa? Daya tangkap mereka sebagai seekor semut tidak sama seperti kita sebagai manusia. Nahh.. sama, kita sebagai manusia, daya tangkapnya, tidak perduli secerdas apapun diri kita, tidak akan pernah bisa disamakan dengan daya tangkap sang pencipta yang maha kuasa. Itulah sebabnya kenapa kadang-kadang kita bingung, bingung dengan segala ketentuan yang sudah diizinkan oleh sang pencipta alam, "kok begini sih? Kok begitu sih?". Pertanyaan itu tadi disebabkan karena daya tangkap kita terbatas. Sehingga kita tidak bisa tahu apa sih ini semua maksudnya dari tuhan semesta alam. Itulah sebabnya yang maha kuasa disebut sebagai yang maha bijaksana. 

Oleh: Nur Rohma Diah
 (Santri kelas XI MA. PTR)


Belajar dari Filosofi Hewan Belajar dari Filosofi Hewan Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on Juli 21, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar: