Salsa Sri Rahayu (Alumni MA. Ummatan Wasathan Angkatan 15)
Pesantren
Teknologi Riau, 15 Juli 2017. Dari situlah kisahku dimulai. Menyandang status
sebagai santri. Bukanlah hal yang biasa yang aku kira sebelumnya, aku adalah
salah satu dari ribuan santri, disini kita dituntut untuk bersikap mandiri, dan
kebiasaan yang harus tepat waktu juga tak lepas dari jiwa keislaman dan akhlak
yang patut dicontoh. Tentu saja ini
bukan perkara yang mudah, tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun
sangat indah untuk dilewati, bagaikan makan buah peria, walau pahit tetapi
tetap saja selalu ingin memakannya, karna ada berjuta nikmat setelah
memakannya. Begitu juga menjalani kehidupan di Pesantren dengan berjubal
peraturan dan disiplin yang harus dijalani. Namun tetap saja ada kebanggaan
setiap hari menyandang nama seorang santri.
Banyak
cerita yang dilalui semasa di pesantren suka dukanya memberiku pelajaran bahwa
hidup harus dijalani dengan usaha, sabar dan kerja keras. Kehidupan pesantren
tentunya tidak luput dari kata kebersamaan, merasakan indahnya kebersamaan, makan
bersama, tidur bersama, solat berjama’ah, belajar bareng, dan segala kegiatan
yang dilakukan secara bersama-sama, dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi, begitulah
santri.
Satu
hal yang membuat aku bertahan di pesantren adalah sikap zuhud dan
kekeluargaannya yang buat aku betah. Awalnya semua itu adalah paksaan, tetapi
setelah satu tahun aku tinggal dipesantren aku bisa merasakan betapa nikmatnya
hidup dalam kesederhanan, seakan selalu membuatku ingat akan akhirat dan
berlomba-dalam kebaikan, dan di
pesantren meskipun hari libur tetapi tetap dalam kegiatan aktif jadi santri
selalu dalam hal kegiatan yang positif. Satu tahun pertamaku sungguh
menyenangkan.
Kehidupan
pondok aku jalani dengan penuh semangat berbekalkan harapan dari orangtua agar
menjadi anak yang bermanfaat kelak. Kehidupan ala santri yang unik membuatku
bangga bisa menjadi santri.
Menempuh pendidikan di
Madrasah Aliyah pondok Pesantren Teknologi Riau memang tidak sama dengan
sekolah pada umumnya, dan disinilah mindsetku berubah dari aku dulu yang hanya
pasrah saja dalam menjalani kehidupan sekarang
aku harus mengubah segala hal dalam hidupku untuk menjadi orang yang bermanfaat
bagi masyarakat, itu dapat kusadari kehidupan mondok merubah segalanya, dari
kepribadianku , tingkah lakuku, sampai kepada pola piker dalam hidupku. disinilah aku belajar untuk memperbaiki diri.
Disini aku dituntut untuk selalu tepat waktu, tolong menolong, bisa bekerja
sama, serta belajar memimpin dalam skala kecil, dan yang paling penting adalah santun
dan hormat kepada guru karna ilmu yang berkah adalah ketika kita mampu berbagi
dan membuat orang disekeliling kita merasakan manfaatnya.
Masa-
masa di Madrasah Aliyah pondok Pesantren Teknologi Riau ini
mengajarkan solidaritas yang tinggi dan kerja keras yang kuat, nah dari sanalah
aku belajar bahwa tidak ada yang tidak bisa dicapai asal kita mau berusaha, dan
bekerja sama.
Pesanku
untuk adik tingkat dan santri-santri lainnya adalah mari rubah pola pikir karna
kita adalah para pemimpi, jangan pernahtakut bermimpi, kesuksesan berawal dari
mimpi-mimpi indah, genggam mimpi itu dan buktikan bahwa sekolah dipondok tidak
kalah dengan sekolah luar lainnya bahkan mempunyai nilai plus tersendiri
disamping mendapat ilmu agama juga diajarkan ilmu umum yang tidak bisa di
remehkan telah banyak pembuktian santri mampu bersaing dengan mereka
berpendidikan umum saja, misalnya mendap[at bea siswa di perguruan tinggi
favorit UGM. ITS, ITB dan lain lain, bahkan ada yang telah menembus bea siswa
keluiar negeri.
Perjuangan
akan membuahkan hasil, rintangan akan membuat seseorang menjadi lebih bijak ketika menghadapi masalah, sedih, galau,
bangkit, benci, marah, kecewa semua akan mewarnai perjalanan kita disini.
Motivasi atau pun tujuan sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Kita adalah
para santri yang mencoba menerobos anggapan negatif bahwa status sebagai anak
pondok punya masa depan yang dipertanyakan dikalangan masyarakat. Tidak ada
yang mustahil karna kesuksesan tidak mengenal kasta, begitupula santri, karna santri
juga punya mimpi.
Santri memiliki ketahan
moral sehingga seorang santri mudah masuk dalam suatu kelompok masyarakat karna
santri bukan hanya memiliki pengetahuan agama tetapi juga pengetahuan umum.
Dalam pergaulan sosial santri sangat akrab dengan pembelajaran hidup disosial,
dunia santri adalah miniatur kehidupan dunia sebenarnya, segalanya serba ada,
dari sahabat yang judes sampai teman yang teramat ramah, dari kawan yang
pemarah sampai teman sekamar yang suka tersenyum. Namun kesemuanya itu tetap selalu
dalam kolidor pantaun guru-guru. Dari permasalahan terlambat sekolah sampai
masbuk dalam sholat, hingga tetidur sedang belajar dikelas, sampai tertidur
sedang sholat subuh karna jam 03.30 wib pagi sudah harus bangun dan bergegas
mandi hingga mencuci pakaian kalau terlambat alamat tak sempat mandi dan tak
dapat tempat menjemur pakaian.
Banyak cerita menjadi kenangan indah semasa mondok, anak
manja yang selalu menagis sebelum tidur malam, sambil di pujuk oleh kakak
tingkat yang sangat mangayomi bagaikan saudara kandung, kehabisan uang jajan
selalu termenung dikala jam istirahat, lagi sakit diambilkan obat dan makan
pagi, dikunjungi teman kamar sebelah, di hibur bagaikan keluarga. Tidak jarang
kehilangan sandal sewaktu lepas sholat, ternyata ketemu lagi sandalnya pada
sholat berikutnya. Yang selalu terbayang dalam ingatan, berangkat sekolah
bersama- sama, karna memang jarak sekolah dengan asrama kira –kira 500 meter.
Sambil membaca mufrodat bersama –sama, berbaris
di komandoi oleh uhkti pengurus organisasi, sesampai di dekat sekolah sudah
ditunggu oleh para guru- guru yang tersenyum menyapa kami, assalamualikum ananda, sambil ucap waalaikumusalam
.. kami pun melewati para guru-guru
dengan mencium tangan guru-guru, mohon
mendapat keberkahan ilmu. Tidak hanya sampai disitu, kadang kala dibelakang ada
santri yang sedang berlari karna sudah terlambat guru-guru pun tetap tersenyum
menyapa mereka, sambil bertanya mengapa
ananda terlambat, dalam senyum sang guru tetap memberikan sangsi karna
keterlambatan itu, sering kami melihat para santri diberi sangsi namun belum
pernah saya melihat santri dipukul oleh guru, misalnya diberi sangsi menyapu
halaman atau menggali parit, disini saya sadari bahwa guru-guru kami
mengajarkan kepada kami, agar tetap
terseyum walau kami bersalah. Karna marah hanya mengores kebencian dihati orang
lain. Mengenang kilas balik sebelum, masuk kelas kami berkumpul sambil mendengarkan nasehat
dari guru-guru setiap hari bergantian memberikan kami motivasi, kadang kala
kami bergantian memberikan tausiah kepada adek adek kelas, sambil belajar dan
ditutup dengan berdoa bersama, jam 07.30 Wib. Kami mulai bergerak mencari
kelompok mengaji tahfiz dan tahsin serta
mengetor hafalan kepada guru-guru kami yang telah menunggu di tempatnya
masing-masing, ada di bawah pohon ada didekat lahan pertanian dll. Sampai jam 08.30 wib. Kamipun bergegas masuk
kelas untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Banyak pelajaran kami dapat bukan hanya di
kelas saja, ku ingat selalu ungkapan
dari salah seorang guru selalu menyampaikan menuntut ilmu di pesantren itu
adalah, apa yang kita dengar dari guru, apa yang kita lihat dari lingkungan
pondok serta apa yang kita rasakan. Itulah pendidikan yang sebenarnya.
Tahun 2020 Alhamdulillah saya menyelesaikan pendidikan di
Pesantren Teknologi Riau, disini saya menyadari bahwa kehidupan Mondok di
Pesantren memang mempengaruhi mindset kehidupanku, pesantren adalah merubah
jiwaku yang takut bermimpi orang yang banyak punya kemauan dan mimpi mimpi
besar. Suatu saat aku akan kembali ke pesantren yang telah membesarkan jiwaku, abdiku
untuk Pesantren Teknologi Riau, janjiku
akan membesarkan nama Pesantren umumnya Pendidikan Islam dan membanggakan kedua orang tuaku serta guru-guruku yang
termulia.
(Oleh: Salsa Sri Rahayu)
|
Good job ..sukses terus sahabatku salsa sry Rahayu ,dan jaya selalu Ma'had ku .pesantren teknologi Riau ..aku akan kembali ke pesantren untuk mewujudkan mimpi2 besar 😊
BalasHapusKeren kak..maannajah ukhti:)...semoga sukses<3
BalasHapus