Persimpangan Jalan yang Penuh Teka-Teki


Masa muda adalah yang sangat indah yang pasti dilalui oleh orang-orang yang telah dewasa. Tidak semua manusia melalui masa mudanya dengan penuh kebahagian sebagaimana yang diharapkan, ada yang melaluinya dengan segela serba kekurangan ada yang melaluinya dengan segala bekecukupan. Namun semua itu tidak ada jaminan untuk seorang anak manusia menjadi bahagia, dengan  keaadaan yang serba kekurangan mungkin tepatnya kita sebut masa muda yang kurang beruntung, tapi mereka mendapatkan kebahagian, ada yang serba tidak  ada tapi merasakan kebagian. Kenyataan ini dapat kita ambil benang lurusnya, bahwa harta bukan jaminan orang menjadi bahagia.
Gambar Ilustrasi
      Dari sebuah kisah anak muda desa berangkat dari desa  menuju perkotaan  untuk menuntut ilmu, setelah menyelesaikan studi disekolah dasar di kampung halamannya, ia memberanikan diri untuk berangkat kekota dengan alasan utama bukan menuntut ilmu tapi ada yang lebih mendasar dari itu semua yakni  kebosanan dan ketidak puasan yang ia rasakan dengan  sikap orang tua dan saudara-saudaranya. Dengan kata lain selalu menjadi tolak ukur untuk perbandingan anak yang dikatagorikan nakal, selalu dipersalahkan dalam setiap terjadi permasalahan. Dengan pengakuannya memang beliau adalah anak nakal yang susah diatur, namun sepatutnya menurut kajian psikologi anak nakal tidak harus selalu dimarahi, dan dipersalahkan, karna itu akan hanya membuat ia semakin nakal, akibat tidak ada pembelaan dan pembenaran dalam penyelesaian masalah,  dalam dugaannya semua yang ia lakukan akan terus dipersalahkan.
      Setelah meninggalkan kampung halaman, disana beliau mulai merasakan bahwa memang sulit hidup jauh dari orang yang dikasihi,  teringat selalu dikala dirumah bersama ayah, ibu dan saudara-saudaranya. Seiring berjalan waktu semua itu dapat ia lewati bersama teman-teman di perantauan.
Dengan kehidupan yang penuh dengan teka-teki itu anak muda tersebut memulai semua kehidupan dan pendidikannya di kota dengan tekad yang begitu kuat. Bahwasannya, ia tidak ingin lagi dipersalahkan oleh semua orang bahwa dirinya nakal. Anak tersebut mencoba untuk memberanikan diri merantau untuk mewujudkan mimpinya. Anak tersebut memang nakal tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ia juga memiliki cita-cita yang tinggi yaitu ia ingin menjadi seorang tentara.
Anak muda itu memulai perjalanannya di salah satu pondok pesantren di kota . Dengan beranjak di usia remaja  didikan yang keras dan disiplin yang kuat ala pesantren tersebut anak itupun menjadi seorang yang berani dan tidak cengeng. Pelajaran agama yang senantiasa membimbingnya membuat anak tersebut paham akan ajaran agama yang kuat. Itu dapat menjadi pegangannya untuk kedua orang tuanya kelak.  Selama 6 tahun berada di lingkungan pondok pesantren membuat anak tersebut mengerti bahwa hidup terkadang benar-benar lelucon yang hebat dan sangat sulit untuk di tebak, kita tak pernah tau kapan hidup akan membanting kita dalam sekali membuat terduduk hingga kita menyadari bahwa menjadi seorang yang mandiri itu butuh perjuangan yang luar biasa dan tak semua orang sanggup melakukannya. Di pesantren itu juga anak tersebut paham bahwa hidup dalam kesederhanaan itu sangat bahagia, apalagi di pesantren ia memiliki teman yang sudah seperti saudara yang begitu dekat. diibaratkan seperti sebuah peta ukuran raksasa dengan benang jutaan warna yang saling melilit lingkar-melingkar indah sungguh indah  Saling melengkapi sesamanya. Begitu banyak tekanan yang ia rasakan selama berada disana apalagi dengan sistem pengajaran pondok yang dulu masih menggunakan pukulan rotan atau sistem kekerasan. Itu sebanarnya membuat mentalnya terlatih untuk tetap meneruskan impiannya. Setelah menyelesaikan pendidikan di pondok pesantren sang pemuda itu bergerak dan melangkah lebih jauh untuk mengapai masa depan, masuk salah satu perguruan tinggi negeri di  kota, yang sebenarnya tidak pernah terlintas didalam benaknya untuk menjadi mahasiswa. Itu lah pesimpangan jalan yang penuh teka teki.
      Setelah menelusuri kehidupan beliau menamatkan pendidkan 6 tahun, maka babak baru dimulai yakni menjadi mahasiswa yang notabenenya bebas  dan banyak jebakan mengoda, berlandaskan pondasi yang tidak terlalu lemah sang pemuda bergelumur dengan kehidupan yang tak menentu, tak ada kawan bersedih dan         berkeluh kesah, seperti kehidupan dulu semasa  mondok, yang banyak kawan tertawa dan hura-hura. Sang pemuda ini tidak luput dari godaan kehidupan yang sesat yakni,  narkoba, namun sang kuasa punya rencana yang  lain, tanpa disadari  selalu saja  kullu sai`in bisababin menjadi titian  keluar dari jalan gelap yang penuh lumpur menghisap. Kehidupan yang dulu mungkin tak pernah diakui, sekarang mulai terlihat sebagai seorang lelaki yang punya kemapuan perlu di perhitungkan dari setiap ide dan karya- karya nya. Dari tidak ada apa apa sekarang pemuda itu sudah mununjukkan bahwa ia punya apa- apa. Pemuda kampung yang gagap bergaul kini punya pergaulan luas. Selamat berkarya sang pemuda idola., yang sudah tidak muda lagi, tapi tetap punya semangat seperti anak muda, persimpangan jalan yang penuh teka- teki mulai terjawab. Salsa (Santri Kelas XI IPS)
Persimpangan Jalan yang Penuh Teka-Teki Persimpangan Jalan yang Penuh Teka-Teki Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on April 26, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar: