Pada zaman sekarang banyak sekali muda-mudi yang seliweran dalam pergaulan tanpa memikirkan efek buruk dari pergaulan mereka, berpacaran saat ini menjadi hal yang biasa, bahkan menjadi tren dikalangan muda-mudi, akhirnya orang yang tak punya pacar alias jomblopun terkena imbasnya mereka dianggap seperti makhluk asing dari planet lain ketika berjalan di mal, bioskop, taman kota dan tempat hiburan lainya, jika seorang diri, sampai-sampai iklan minuman teh pun ngeledek orang yang jomblo “truk aja gandengan masa’ om ngak??”, yang sangat memilukan adalah kata-kata tersebut diucapkan oleh anak yang masih ingusan, memang tidak bisa dipungkiri kini zaman telah berubah terlebih karena pesatnya perkembangan IPTEK, akan tetapi hukum Allah sampai kiamat tidak akan berubah, daging sapi tetap halal dan daging babi akan tetap haram tidak akan pernah menjadi halal, sama halnya dengan dengan zina sampai kapanpun akan tetap haram begitu juga dengan pacaran alias kejahatan atas nama cinta, hingga saat ini penulis masih bingung dari mana sebenarnya asal-muasal kata pacaran itu muncul, penulis udah bolak-balik buka quran gak nemuin kata pacaran, udah bolak-balik buka buku hadist juga gak ketemu kata pacaran, mungkin pacaran tu datangnya dari setan, Hi..hi.. hingga saat ini penulis berasumsi kalau ada yang nemuin kata pacaran dalam Quran ataupun Hadist mungkin itu Qurannya KW atau bisa jadi kitab Hadistnya buatan Cina, Hi..hi…
Jalan berdua makan bareng, nonton bareng, ngerjain tugas bareng, dan banyak aktivitas lain yang dilakukan barengan. Kemudian diselingi sorakan kawan-kawan“cie-cie” iri para jomblo.Bertemu siang hari chatingan malam harinya.Kadang sampai telponan berjam-jam dan video call sampai larut malam, ngak ada topik yang penting sih sebenanya untuk dibahas, hanya obrolan simpang siur dan ngawur saja serta candaan mesra alias (modus).
Hari demi hari berlalu. Hingga suatu ketika ada yang mengatakan bahwa “pacaran itu dilarang agama!!, mereka kaget seakan tak percaya.
“masa’ sih ? ah, itu kan yang pacaranya sampai bobok bareng,kita enggak kok,kita tau batas,kita pacaran masih wajar aja kok”
“Kita pacaran niatnya untuk menikah kok, ini masih dalam tahap penjajakan, niat kita tulus loh ngak maen-maen”
“kalau ngak pacaran gimana kita mau ngerti sifat dan karakter pasangan kita ? nikah itukan untuk seumur hidup, jadi mesti hati milih jangan kayak beli anak kucing dalam karung.”
“mana ada orang yang mau diajak nikah tanpa pacaran dulu ?”
Begitulah kira-kira kalimat yang sering dilontarkan oleh para aktivis pacaran.Jadi itu hal yang wajar. Analoginya seperti ini: kita dari remaja tidak pernah dilarang merokok, kitapun sudah terlanjur candu merokok kadang sehari sebungkuspun masih kurang, lalu setelah bertahun-tahun merokok tiba-tiba ada yang melarang kita merokok, karena merokok itu tidak baik untuk kesehatan, tentunya secara naluri kita akan mencari pembelaan, Asal jangan sampai sewa kuasa hukum aja, hi…hi..
Sumber : Internet |
Penolakan tersebut tentu dimaklumi, karena dari kecil kita tidak diajarkan bahwa pacaran itu dilarang agama. Malah dari kecil kita sudah sering melihat orang pacaran di lingkungan kita, di majalah-majalah, bahkan di sinetron-sinetron pun diajarkan cara mendapatkan pacar, tidak adanya yang melarang, tentunya kita akan membela prinsip pacaran itu boleh.
Namun apakah benar pembelaan tersebut ?, Mari kita kupas tuntas setajam silet… he…he… udah kayak host aja. :D
1. Pacaran boleh asal wajar
Sebenarnya batas wajar dalam pacaran itu seperti apa ? ada yang bilang pegangan tangan saat pacaran itu wajar, ada juga yang bilang boncengan motor, nonton bareng, makan bareng, saat pacaran itu wajar, ada juga yang bilang ciuman waktu pacaran itu wajar, ada juga yang bilang pelukan saat pacaran wajar. Tapi tidak ada yang tau definisi pasti “wajar” dalam pacaran. Baik secara adat, sosial, maupun aturan Negara. Akhirnya definisi “pacaran wajar”ditafsirkan seenaknya sama orang yang menjalaninya, sesuai kehendak hawa nafsunya. Benarkah tidak ada definisi “wajar” dari segi manapun ?, Ternyata dalam Islam telah dijelaskan bagaimana interaksi wajar antara dua orang lawan jenis yang bukan mahram.
Apa definisi hubungan yang wajar itu dalam Islam ? jangan kemana-mana tunggu setelah pariwara berikut ini, hi…hi… justkidding. :D
Sebenarnya batas wajar dalam pacaran itu seperti apa ? ada yang bilang pegangan tangan saat pacaran itu wajar, ada juga yang bilang boncengan motor, nonton bareng, makan bareng, saat pacaran itu wajar, ada juga yang bilang ciuman waktu pacaran itu wajar, ada juga yang bilang pelukan saat pacaran wajar. Tapi tidak ada yang tau definisi pasti “wajar” dalam pacaran. Baik secara adat, sosial, maupun aturan Negara. Akhirnya definisi “pacaran wajar”ditafsirkan seenaknya sama orang yang menjalaninya, sesuai kehendak hawa nafsunya. Benarkah tidak ada definisi “wajar” dari segi manapun ?, Ternyata dalam Islam telah dijelaskan bagaimana interaksi wajar antara dua orang lawan jenis yang bukan mahram.
Apa definisi hubungan yang wajar itu dalam Islam ? jangan kemana-mana tunggu setelah pariwara berikut ini, hi…hi… justkidding. :D
- Berduan adalah ketika kamu berada dalam satu tempat yang pembicaraan antara kamu berdua tidak dapat didengar oleh pihak manapun, termasuk berduaan di whatsapp, SMS, dan app lainnya. “Janganlah seorang lelaki berdua-duan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya. Karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga diantara mereka berdua, kecuali mereka bersama mahramnya.” (HR. Ahmad)
- Berpacaran berjamaah (dalam Islam disebut ikhtilat, dan hal ini pun juga tidak boleh dilakukan. Misalnya kencan tapi ngak Cuma berdua karena ada teman-teman yang lain ikutan kencan, tetap saja ini tidak diperbolehkan.
- Berpegangan tangan (gandengan tangan termasuk juga pelukan). Dari maqil bin yasar, rasulallah bersabda: "ditusuknya kepala seseorang dengan besi sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (H.R. Tabrani)
- Saling memandang (biasanya bagi yang baru pacaran, kalau memandang wajah pacar, akan merasa bahagia. Bawaannya pengen ngeliat si dia terus, tak ayal kadang mau makan keingat senyumnya mau tidur keingat wajahnya alhasil makan tak enak tidurpun tak nyenyak.
- Berciuman (kalau pegangan aja gak boleh apalagi ciuman).
Itulah hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.Sayangnya dalam pacaran hal yang seperti ini sering dilanggar. Kebayang gak kalau pacaran tanpa gandengan, tanpa jalan-jalan berduaan?, Bahkan yang LDR pun wajib video call tiap hari. Dan yang parahnya lagi yang LDR sekali ketemu lebih nafsu lagi, dengan alasan udah lama nahan rindu.
Saat ini masih banyak remaja yang mengira bahwa yang dilarang dalam pacaran itu hanya berhubungan badan.Jadi kalau tidak berhubungan badan tidak masalah pacaran.Dan masih wajar-wajar saja.Sayangnya menurut Islam tidak begitu. Karena dalam Islam zina itu ngak Cuma berhubungan badan saja. Berhubungan badan itu adalah puncak dari zina.Masih ada zina tangan, zina mata, zina lisan, bahkan zina hati, juga ada.
Nabi bersabda “sesungguhnya Allah menulis bagian dari perzinaan kepada anak adam. Dia pasti mendapat dari bagian perzinaan itu. Zina mata adalah melihat, zina lisan adalah mengatakannya, sedangkan jiwa berangan-angan menghayalkannya, dan kemaluan membenarkan semua itu" (HR. Bukhari dan muslim).
2. Pacaran itu masa penjajakan
Apa benar pacaran bisa menjadi sarana untuk menjajaki pasangan ?
Ibaratkan kita membeli buah duku, oleh si penjual kita disuguhkan buah duku Palembang yang manis setelah kita beli sekilo, eh ternyata setelah sampai dirumah kita cobain buah dukunya asem, kitapun merasa ketipu ternyata dengan cerdik si penjual memilihkan buah duku Palembang yang manis untuk sampel, kemudian memasukan buah duku yang asem kedalam buah yang kita beli, tanpa sepengetahuan kita. Begitu juga analogi pacaran. Semua orang pasti punya sisi baik dan sisi buruk. Namun ketika pacaran yang ditunjukan adalah sisi baiknya saja dan setelah menikah barulah ketahuan semuanya, akhirnya tetap saja merasa kecewa lalu akan terucap kalimat: “kamu sudah berubah. Dulu kamu gak kayak gini. Dulu kamu sayang banget ma aku”
3. Kalau nggak pacaran nanti gak kenal kalau gak kenal nanti gak sayang
Kebanyakan suami istri, seterpaksa apapun alasan mereka menikah, pada akhirnya akan tumbuh rasa sayang pada pasangannya. Kenapa?, Karena setiap manusia memiliki banyak kekurangan, juga pasti memiliki kelebihan. Nah semakin sering suami berinteraksi dengan istri setiap hari. Lama-kelamaan dia akan melihat sesuatu yang mengagumkan dari pasanganya semakin lama maka semakin berkembang pula rasa sayang dan cinta. Kalau kita melihat kebelakang ke generasi kakek dan nenek kita tentu kamu pernah dengar cerita bagaimana proses mereka menikah. Kebanyakan adalah hasil perjodohan atau kesepakatan antar keluarga. Sehingga bisa dikatakan bahwa hampir semuanya tidak ada yang melalui proses pacaran. Lalu, kenapa hubungan mereka justru langgeng sampai tua ?, Karena mereka berhasil menumbuhkan rasa cinta pada pasangan setelah pernikahan. (tumbuhnya cinta karena terbisa). Ya terbisa bersama si dia. Terbisa melihat kelebihannya, Terbisa diperlakukan dengan baik olehnya, lama-kelamaan cintapun bersemi di hati. Indah bukan ?
Namun melihat generasi sekarang dimana budaya pacaran semakin menjamur, tingkat perceraianpun juga meningkat drastis, menurut data kementrian agama RI,
Sebagai sampel kita ambil data dua tahun terakhir di 2012 dan 2013 jika diambil tengahnya, angka perceraian di dua tahun tersebut sekitar 365.000 kasus. Berati dalam sehari rata-rata terjadi 1000 Kasus perceraian atau 42 kasus perceraian setiap jamnya, Luar bisa fantasticbukan ?Yang lebih unik lagi menurut wakil mentri agama RI nasaruddin umar sebanyak 70% perceraian terjadi karena gugat cerai dari pihak istri. Artinya 29 dari 42 kasus perceraian setiap jamnya itu berupa gugat cerai dari istri
4. Zaman sekarang gak ada yang mau dinikahin tanpa pacaran eits… Jangan salah.Ada kok banyak malah.
Mungkin kita yang perlu selektif dalam memilih lingkungan pergaulan. Kalau kita bisa hidup di lingkungan yang anak mudanya pacaran, ya tentu akan aneh bila ada yang menikah tanpa pacaran. Bahkan yang ngak pacaran bakal dikasihani karena dianggap nggak laku (kayak barang dagangan aja) hi..hi..hi..
"Agama sesorang sesuai dengan agama teman dekatnya hendaklah kalian melihat siapa yang menjadi teman dekatnya” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
5. Pacaran itu bisa buat saling memahami si doi
Apa yang kebanyakan orang yang pacaran lakukan?, nonton bareng, jalan bareng, makan bareng, dan bersenda gurau, intinya melakukan hal-hal yang menyenangkan gitulah pokoknya, hi..hi..semua itu akan berbeda setelah menikah, mulai dari membangun bisnis, mengasuh anak sampai menghadapi kesulitan ekonomi bersama.
Di saat pacaran semua yang dilakukan hanya sesuatu yang menyenangkan dan hal-hal yang indah-indah saja sehingga kita terlena dengan hayalan masa depan, sehingga tak sempat lagi menilai karakter pasangan. Berbeda dengan masa pacaran yang diisi dengan kegiatan konsumtif, maka masa penikahan adalah masa-masanya kita produktif. Karena setelah menikah kita punya tanggungjawab dan tugas sendiri. Dalam masyarakatpun posisi kita juga berubah, dari yang awalnya dikenal sebagai anak pak ini pak itu kemudian menjadi istrinya/suaminya si ini dan itu.
Sebelum menikah kita masih dianggap anak kecil, maka setelah menikah kita dianggap telah dewasa. Maka mulai dari situlah tantangan kita dimulai dan saat itu pula karakter asli kita akan muncul. Maka adalah cara yang salah jika kita ingin tau karakter dan sifat seseorang dengan jalan pacaran. Dengan pacaran ataupun tanpa pacaran tetap saja kita tidak bisa mengetahui sepenuhnya karakter pendamping kita tersebut. Bahkan setelah nikah bertahun-tahunpun kita masih akan menemukan sifat baru yang belum kita ketahui dari pasang tersebut.
Tapi bagaimana mana mungkin kita nikah kayak beli kucing dalam karung?. Tenang saja dalalm Islam ada yang namanya ta’aruf. Insyallah akan kita kupas di artikel berikutnya. kalau masih ragu dampak buruk pacaran dari kacamata agama, mari sama-sama kita lihat realita yang terjadi saat ini. Berdasarkan data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional), Kasus aborsi setiap tahunnya terjai 2,4 juta per tahunnya. 800 diantaranya terjadi dikalangan remaja.Kebayang dong kenapa remaja ini melakukan hal tersebut, tentu kamu bisa menebaknya.
Berdasarkan data BKKBN juga terungkap bahwa tahun 2010 remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah 90% dilakukan dengan pacar. Pusat penelitian kesehatan Universitas Indonesia bekerjasama dengan Australia National University melakukan penelitian dari tahun 2010 hingga 2011 di Jakarta, tangerang, dan bekasi. Mereka meneliti 3 ribu lebih anak muda berusia 17 tahun sampai 24 tahun. Hasilnya 20,9% dari remaja yang diteliti hamil dan melahirkan sebelum menikah.
Yang lebih mengejutkan, 38,7% dari 3000 remaja itu hamil sebelum menikah dan melahirkan setelah menikah. Artinya mereka menikah setelah hamil.
Komnas perlindungan anak juga pernah melakukan survei di tahun 2008. Mereka meneliti 4.726 siswa SMP dan SMA di 17 kota besar di Indonesia, hasilnya sebanyak 62,7% remaja SMP yang disurvei mengaku sudah tidak perawan dan 21,2% dari mereka pernah melakukan aborsi. Lagi-lagi realita ini membuat kita mengelus dada.
“Mana mungkin aku dan pacarku akan melakukan hal tersebut, kami kan tahu batasan agama dan kami menjaga diri dengan baik?”
Sebenarnya sudah banyak sekali remaja yang kehilangan kehormatannya dan hamil di luar nikah yang mengatakan hal diatas, mereka berkomitmen tidak melakukan hal-hal yang aneh-aneh namun pada akhirnya mereka terperosok oleh bisikan dan rayuan iblis sehingga pada akhirnya sebuah penyesalan yang datang. Ada seorang rekan dia menikah dalam keadaan hamil, saat itu dia sangat galau sekali karena dia tahu bahwa pernikahan yang semacam itu tidaklah sah menurut agama kita, setelah beberapa tahun mereka menjalani bahtera rumah tangga, akhirnya dia memutuskan untuk bercerai dengan suaminya, ada juga yang berpacaran selama bertahun-tahun dan sudah melakukan ini dan itu hingga akhirnya mereka melakukan hubungan badan. Namun apa yang terjadi setelah itu ?, akhirnya lelaki tersebut menjauh dan memutuskan hubungan begitu saja, kemudian lelaki tersebut malah berpacaran dengan wanita lain, kemudian si wanita ini galau karena dia sudah terlanjur sangat cinta dan dia ingin si lelaki tersebut menikahinya seperti janji manis lelaki tersebut, namun setiap kali ia mencoba menelpon si lelaki tersebut, tetapi tidak pernah direspon. Si wanita yang dulu dikejar-kejar cintanya oleh lelaki sekarang berbalik 180 derajat malah si wanita yang mengejar-ngejar si lelaki.sungguh miris bukan ?
Nah, sekarang kita sudah paham dan tentunya kita bisa bijak dalam menilai dan menentukan sikap. Untuk selalu menjaga diri dari godaan cinta tanpa ikatan yang sah. Karena sebenarnya segala hal yang ditentukan oleh agama toh demi kebaikan kita juga. Faktanya saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa wanita lebih memilih lelaki yang sering menyakitinya ketimbang lelaki yang serius padanya. (Oleh: Ahmad Faqihuddin, S.Pd, Guru Mata Pelajaran Fiqih)
Pacaran dalam prespektif Islam
Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR
on
Oktober 12, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: