Menilik Kembali Tujuan Penciptaan Manusia dari Persfektif AL-Qur'an

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji hanya untuk Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw. keluarganya, para sahabat dan yang senantiasa berpegang teguh dengan ajaran yang di bawa rasul Saw.

Sering muncul di benak kita, bahkan mungkin sering ada yang bertanya kepada kita tentang “untuk apa manusia itu diciptakan Allah SWT ? dan kenapa hanya manusia yang diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi ?”. pertanyaan-pertanyaan ini tentu harus kita telaah secara seksama dan tuntas, agar supaya setiap manusia itu tahu tujuan yang ingin ia capai di dalam hidup ini.

Al-Qur’an juga mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada ma’rifatullah. Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah atsar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya.” 

Untuk memahami dan mengenal dirinya, manusia perlu meniliknya mulai dari proses penciptaan manusia itu sendiri. Seperti yang digambarkan dalam surah al-Mukminun ayat 12-14 “ dan sungguh, kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat  yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani iu Kami jadikan sesuatu yang melekat lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik”
 
Melalui ayat ini Allah mencoba mengingatkan kita kembali bahwasanya Allah telah menciptakan manusia itu dengan proses yang sangat panjang dan penciptaannya sangat sempurna. Seperti digambarkan Allah dalam surah At-Tin ayat yang ke empat yang artinya : “ sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Allah SWT. Telah sangat gamblang menjelaskan di dalam Al Qur’an tentang apa yang menjadi tujuan hidup kita selaku manusia di muka bumi ini. Ketika  kita membuka lembaran-lembaran di dalam Al Qur’an dan kita jumpai di dalam surat al-Mu’minun ayat 115. Di dalam ayat tersebut Allah SWT. Berfirman :

 

Artinya: “Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [Al-Mu’minun: 115]

Melalui ayat ini Allah SWT. Menggambarkan kepada kita bahwasanya tidaklah diciptakan manusia itu dengan sia-sia dan permainan belaka. Karena, segala yang diciptakan oleh Allah SWT. Mengandung manfaat dan tujuan tertentu terhadap penciptaan tersebut, ketika sampai wakunya akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT. Terhadap apa yang telah diamanahkan kepadanya.

Manusia, merupakan salah satu makhluk ciptaan Allah yang telah diberikan amanah yang berkaitan dengan dirinya, dan akan mempertanggung jawabkan setiap detik waktu yang telah dilaluinya selama hidup di dunia ini.

Dalam kontek ini, penulis mencoba menela’ahnya melalui bagian-bagian dari ayat-ayat Al-Qur’an di antaranya sebagai berikut :

    1. Manusia sebagai Khalifah di muka bumi. Hal ini digambarkan Allah SWT. Dalam al-Baqarah ayat 30. “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Bentuk pengabdian manusia kepada Allah salah satunya adalah menjalankan misi hidupnya sebagaimana yang telah Allah berikan untuk menjadi Khalifah fil Ardh. Khalifah artinya adalah pemimpin. Tugas pemimpin adalah mengelola dan memperbaiki agar hal yang diatur dan dipimpinnya menjadi baik. Pemimpin atau Khalifah bukan arti sebagai status yang menjalankannya hanya orang-orang tertentu.

Khalifah di muka bumi dilakukan oleh semua orang dan di semua lingkup. Keluarga, pekerjaan, lingkungan sekitar, masyarakat, dan negara adalah lingkup dari khalifah fil ardh. Untuk menjalankannya maka kita membutuhkan ilmu pengetahuan dan skill untuk bisa berkarya bagi kelangsungan dan kelancaran kehidupan manusia di bumi menjadi seimbang atau mengalami kerusakan. Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi atau disebut juga dengan al-‘imarah. Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang dating dari pihak manapun atau disebut jaga ar-ri’ayah.

     2. Manusia sebagai hamba
Manusia sebagai hamba ( ‘abdullah ) hal ini digambarkan dalam surah az-Zariat ayat 56


Artinya : “Aku tidak akan menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu. (Q.s. az-Zariyat : 56)


Ayat ini menjelaskan bahwasanya kehidupan manusia merupakan kenikmatan yang terbesar yang telah dianugerahkan kepada manusia. Oleh karena itu, sudah selayaknya sebagai seorang ‘abdullah ( hamba Allah ) menyembah dan mengabdi hanya kepada Allah SWT. Dalam konteks ini yang lebih tepat dikatakan adalah manusia itu harus totalitas atau sepenuh hati beriman kepada Allah SWT. Tanpa ada sedikitpun celah keraguan dihati maupun pikirannya terhadap keberadaan Allah ‘azza wajalla.

Tanggung jawab ‘abdullah itu bermacam-macam, salah satunya adalah ia harus senantiasa istiqomah memelihara iman yang dimilikinya. Karna apa? Karena sifat dari iman itu sendiri sangat Fluktuatif ( naik turun ). Seperti yang dijelaskan melalu hadist nabi Saw. Dikatakan bahwasanya iman itu “yazidu wayanqusu", ( terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah. Oleh karena itu, sebagai seorang manusia yang menjadi ‘abdullah, kita akan selalu dan terus muhasabah diri, menilik kembali serta merenungkan kembali ke dalam hati kita, dan kita pikirkan untuk apa kita diciptakan dan mengapa Allah itu menciptakan makhluk yang dinamakan manusia.
 
Akhirnya kepada Allah saya berserah, yang benar itu datang dari Allah, dan yang selalu salah itu adalah Sifat seorang ‘abdullah. Wallahua’lam. (Oleh Bukari, S.Pd.I, Guru Mata Pelajaran Qur'an Hadist)
Menilik Kembali Tujuan Penciptaan Manusia dari Persfektif AL-Qur'an Menilik Kembali Tujuan Penciptaan Manusia dari Persfektif AL-Qur'an Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on Oktober 09, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar: