Allah Ta’ala menciptakan manusia dengan sebaik-baik peciptaan. Manusia adalah makhluk yang dimuliakan dan sempurna bentuk rupanya. Kesempurnaan bentuk manusia menunjukan kesempurnaan Allah Ta’ala sebagai Pencipta manusia dan alam semesta.
Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-Tin ayat 4:
Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-Tin ayat 4:
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
“Sungguh kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya penciptaan.”(QS. Al-Tin: 4)
Al-Hafidz Ibn Katsir rahimahullah menafsirkan ayat ini dengan mengatakan, “Dia Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk dan rupa dengan berbadan tegap serta anggota badan yang baik.” (Tafsir al-Qur’an al-Andzim, 8/435)
Syaikh Abdurrahman ibn Nasir al-Sa’di rahimahullah menjelaskan, “Dengan nikmat yang agung ini maka seharusnya adalah mensyukurinya, dan kebanyakan manusia telah menyimpang dari mensyukuri Allah yang memberikan nikmat.” (Taisir al-Karim al-rahman, Hlm.888).
Pemisahan antara sains dan agama islam merupakan salah satu fenomena umum di masyarakat intelektual kita. Seolah pendapat yang lahir dari paham ini sudah menjadi kaidah umum dalam mata pelajaran sains dan menempatkan agama islam hanya dalam kehidupan spiritual tanpa memberinya tempat dalam kehidupan material, sehingga dalam wacana ilmu pengetahuan muncullah istilah “penjelasan ilmiah” yaitu penjelasan fenomena alam sesuai dengan falsafah sebab akibat tanpa campur tangan Tuhan, dan “penjelasan spiritual” yaitu penjelasan fenomena alam sesuai asas fundamentalis ketuhanan (aqidah).
Dengan tulisan ini penulis ingin menerangkan bahwasanya ilmu sains seharusnya dipelajari secara berirama dengan ilmu agama islam, dan tidak ada pertentangan antara keduanya. Bagaimana mungkin bertentangan, sedangkan mempelajari ilmu alam (sains) termasuk bagian dari perintah Allah ta’ala:”katakanlah: perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah ta’ala dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”(Yunus:101)
Dengan tulisan ini penulis ingin menerangkan bahwasanya ilmu sains seharusnya dipelajari secara berirama dengan ilmu agama islam, dan tidak ada pertentangan antara keduanya. Bagaimana mungkin bertentangan, sedangkan mempelajari ilmu alam (sains) termasuk bagian dari perintah Allah ta’ala:”katakanlah: perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah ta’ala dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”(Yunus:101)
Memang tidak setiap fenomena sains ada penjelasan detail dalam al-qur’an karena al-qur’an bukan kitab sains, tapi bukan berarti tidak ada sains dalam al-qur’an hingga mewajibkan pemutusan hubungan mutlak antara mempelajari sains dan al-quran. Melalui tulisan ini penulis ingin menegaskan bahwa pendapat mengenai sekulerisasi sains ini (pemisahan antara sains dengan agama) bukan bagian dari aqidah seorang muslim dan bertentangan dengan ajaran islam. Kalau kita membuka kebelakang lembaran sejarah peradaban umat ini kita akan menemukan kebanyakan dari para ilmuwan muslim zaman dahulu adalah orang-orang yang juga mahir dalam ilmu agama. Sepak terjang mereka di dunia sains tidak lebih masyhur dibandingkan nama besar mereka dalam bidang ilmu syar’I. Sebut saja nama paling populer di telinga kita, Ibnu Rusyd Al-Andalusi, Ulama yang bukunya kita baca di kelas minimal 2 kali seminggu ini (bidayatul mujtahid) juga menulis buku Al-Kuliyaat di bidang medis (kedokteran) dan menjadi salah satu marji’ (buku induk) sampai saat ini, Al-Imam Fahkrurrozi penulis kitab “At-tafsir Al-Kabir” adalah dokter termasyhur di zamannya, dan masih banyak yang lainnya. Ini semua menunjukan bahwa ulama zaman dahulu sama sekali tidak memandang adanya dinding pemisah antara agama islam dan sains, bahkan mereka memandang bahwa sains adalah salah satu untuk lebih mengenal Rabb mereka, karena mempelajari sains berarti mempelajari mahakarya-Nya.
Ibn Rusyd (tahun 520 H/1126 M) |
Telah menceritakan kepada kami Abu Nuaim, telah menceritakan kepada kami Zakariya dari ‘Amir berkata; aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh kedalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkn-Nya. “Dan ketahuilah bahwa setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati dan otak”
Ilmu yang membahas tentang fungsi organ tubuh makhluk hidup ini disebut dengan “Fisiologi” ketika mempelajari ilmu ini seorang mu’min diajak menjelajahi dunia kecil (Mikro) dibalik balutan kulit dan menyusuri rongga-rongga tulang dan daging yang menyaksikan keajaiban Allah SWT, hingga akhirna lisan terucap : “Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”(Ali-‘Imron : 191).
Allah ta’ala mengajak kita untuk tidak sekedar memandang jasad ini sebagai sebuah kerangka tulang-tulang berlapis kulit, daging serta susunan darah saja, namun Allah SWT mengajak kita untuk mengamati keajaiban didalamnya. Karena apa? Karena dengan mengetahuimengetahui keagungan Sang Pencipta kita bisa lebih dekat mengenal-Nya, serta mengagungkan-Nya sebagaimana semestinya.
Istilah Ilmiah
Adrenalin : hormon pemicu reaksi tekanan dan kecepatan gerak tubuh
Biologi : Ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup
Cortisol : (akan ada penjelasan yang lebih spesifik (detail) pada bab II
Enzim : Senyawa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi) pada suatu reaksi kimia dalam tubuh
Fisiologi : ilmu yang mempelajari kinerja organ-organ tubuh makhluk hidup
Glikogen : Cadangan zat gula dalam tubuh
Glukosa : Zat gula
Hormon : Senyawa organik pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel yang beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida (cairan) tubuh untuk mencari sel target
Hypothalamus : salah satu fungsinya menerima rangsangan cahaya dari syaraf mata
Kelenjar : Salah satu organ tubuh yang bertugas mengeluarkan zat berupa enzim atau hormone
Kelenjar Pineal: kelenjar otak yang memproduksi ¬melatonin
Kelenjar : Salah satu organ tubuh yang bertugas mengeluarkan zat berupa enzim atau hormone
Kelenjar Pineal: kelenjar otak yang memproduksi ¬melatonin
Kelenjar Pituitary (Hypophysis) : Kelenjar terletak di bagian otak paling dasar, kelenjar ini paling vital (penting) karena memiliki tugas mengatur kerja seluruh kelenjar di tubuh, dinamakan juga Maestro Gland (kelenjar induk).
Leukosit (sel darah putih) : Salah satu pembentuk komponen darah yang berfungsi sebagai bagian dari system kekebalan tubuh
Melatonin : Hormon perangsang rasa kantuk
Retina : lapisan sel tipis pada bagian belakang bola mata yang berfungsi mengubah cahaya menjadi sinyal syaraf.
Hubungan antara pergantian siang dan malam dengan aktivitas fisiologi manusia.
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”(Al-Qoshosh: 73)
Pada ayat tersebut Allah ta’ala menjelaskan bahwa pergantian siang dan malam dalam hubungannya dengan aktivitas manusia merupakan salah satu bentuk nikmat, dimana Dia menjadikan siang hari sebagai waktu bagi manusia mencari karunia-Nya di muka bumi dan menjadikan malam sebagi waktu untuk beristirahat. Bagaimanakah ilmu fisiologi menjelaskan nikmat Allah ta’ala ini?
Pemaknaan kata “Qalbu” yang lain, yakni kata “Qalbu” tersebut berarti otak.Seperti yang diungkapkan Hendrawan Nadesul, seorang dokter sekaligus seorang penulis produktif, bahwa “otak manusia-lah yang menentukan niat, pikir, emosi, dan prilaku manusia”. Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Pasiak, yang menyatakan bahwa “orang boleh saja terganggu jantungnya, ginjalnya kurang berfungsi, paru-parunya bocor, kangker pada hatinya. Tetapi gangguan-gangguan itu tidak sampai mengubah kepribadian mereka. Mereka tidak menjadi “orang lain”. Lain halnya bila otak mereka sakit. Kerusakan otak yang parah akan menimbulkan perubahan kepribadian. Salah satunya seperti pasien stroke yang sebelumnya periang menjadi pemurung”. Pada bagian tengah otak manusia terdapat organ bernama Hipothalamus, organ ini bekerja seolah-olah jam biologis yang mengatur jadwal kerja organ-organ tubuh lainnya. Bagaimana cara kerjanya? Hipothalamus sensitif terhadap rangsangan cahaya. Ketika cahaya matahari di siang hari masuk ke mata kemudian jatuh di retina dan diubah menjadi sinyal syaraf, maka syaraf mata akan meneruskan sinyal ini menuju menuju Hipothalamus. Kuatnya rangsangan cahaya ini berdampak negatif terhadap kinerja Hipothalamus, dan memaksa kelenjar Pineal agar menekan laju produksi melatonin (hormon perangsang rasa kantuk).Diantara efek yang timbul akibat berkurangnya kadar melatonin dalam tubuh: bertambah tingkat kekentalan darah serta jumlah leukosit (sel darah putih) yang menambah tingkat kekebalan tubuh, bertambahnya aktivitas aliran listrik dalam otak, dan bertambahnya tekanan darah yang diiringi percepatan detak jantung. Dengan begitu tubuh dapat bekerja lebih aktif. Beginilah Allah ta’ala mempersiapkan kondisi tubuh kita guna mendukung jalannya aktivitas kita di siang hari, sesuai dengan firman-Nya: “dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya”.
Adapun ketika intensitas cahaya berkurang pada malam hari, Hipothalamus kembali aktif memberikan rangsangan kepada kelenjar Pineal agar menambah produksi melatonin. Dampaknya rasa kantuk hebat yang memaksa tubuh untuk mengurangi aktivitas, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: “supaya kamu beristirahat pada malam itu”. Kemudian dia akhir ayat Allah ta’ala menjelaskan bahwa hikmah di balik ini adalah supaya kita menyukuri nikmat pergantian siang malam ini yang telah mendukung kondisi fisiologi tubuh kita untuk beraktivitas, “dan agar kamu bersyukur kepada-Nya”.
Coba bayangkan seandainya Allah ta’ala menciptakan siang tak ber-malam, siapa yang bisa mengaktifkan hypothalamus dan mengembalikan produksi melatonin dalam kelenjar pineal ketika kita merasa lelah? Atau sebaliknya bila Allah ta’ala menciptakan malam tak-bersiang, sinar matahari siapa yang akan menghentikan kerja hypothalamus dan menahan produksi melatonin dalam kelenjar pineal agar organ-organ tubuh kita dapat aktif? Oleh karenanya pada dua ayat sebelumnya Allah ta’ala berfirman: “katakanlah: terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka apakah kamu tidak mendengar?
katakanlah: terangkanlah kepadaku jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (Al-Qoshosh: 71-72)
Semoga Allah ta’ala memasukan kita kedalam golongan hamba-hambanya yang bersyukur setelah mengenal nikmat-nikmat-Nya, dan merahmati kita agar tidak termasuk kedalam golongan yang Dia laknat dalam firman-Nya: “mereka mengetahui nikmat Allah ta’ala kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir ”(An-Nahl: 83). (Oleh: Reza Darmayeni, S.Pd, Guru Mata Pelajaran Biologi)
Daftar Pustaka
Al-Qur’an dan Terjemahannya, cetakan Majma’ Malik Fahd, Madinah Munawwarah
Al-Fiziya wa wujudul kholiq, D.Ja’far Syaikh Idris, Majalah Al-Bayan, London, cet. 1, 2001
Az-Zuhd, Ahmad bin Hanbal, Darul Imam Ahmad, Cairo, cet. 1, 2006
Al-Musnad, Ahmad bin Hanbal, Muassasah Ar-Risalah, Beirut, cet.2 1999
Fathul Qodir, Imam Asy-Syaukany, Al-Maktabah At-Taufiqiyah, Cairo
Mausu’ah I’jazul ‘Ilmi, D. Nadia Toyyaroh, Maktabah Ash-Shofaa, Uni Emirat A
Fathul Qodir, Imam Asy-Syaukany, Al-Maktabah At-Taufiqiyah, Cairo
Mausu’ah I’jazul ‘Ilmi, D. Nadia Toyyaroh, Maktabah Ash-Shofaa, Uni Emirat Arab, cet. 1, 2007
Ruang Lingkup Biologi, Dewi Chandra, S.Pd
Shihul jami’ ash-shoghir, Muhammad Nashiruddin Al-Albani
www.wikipedia.com
Keterkaitan Ilmu Sains dengan Ilmu Wahyu
Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR
on
Oktober 12, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: