Kisah Inspiratif Si Penjaga Madrasah yang Menjadi Kepala Madrasah

Dunia kita dewasa ini dibangun dengan anggapan bahwa bekerja merupakan hal yang mempunyai tempat terpenting dalam kehidupan. Meskipun “pekerjaan” atau “profesi” terkadang dipandang sepele, tapi tak mungkin terlepaskan dari kehidupan. Sederhana saja. Sejak menempati bangku Madrasah Dasar kita sudah dihadapkan dengan masa depan oleh para guru, dengan pertanyaan, apa cita-citamu nanti? Bahkan mungkin jauh sebelum itu, sejak kita mulai melihat dan menilai kerja orang lain maka, orang tua sudah mulai menanamkan tentang cita-cita pada diri kita. Dengan bekerja dan menekuni profesi tertentu, sadar atau pun tanpa disadari, ini selalu kita alami dalam kehidupan. .

Sama halnya dengan sosok yang satu ini si penjaga Madrasah yang kini menjadi kepala Madrasah beliau adalah Pak Alhadar Kurdi, MPd I kepala Madrasah Aliyah Ummatan Wasathan Pesantren Teknologi Riau. Sejak kecil beliau ingin bercita-cita menjadi seorang guru, dan kini beliau menjadi Kepala Madrasah di Madrasah Aliyah Ummatan Wasathan Pesantren Teknologi Riau. Kalau meriview kembali jalan hidup beliau, Bukan mudah perjalanan karir beliau hingga menjadi seorang kepala Madrasah. Lika-liku kehidupan yang pahit pun ia lalui. Tak pernah terfikirkan oleh beliau untuk menjadi kepala Madrasah, sekarang menjadi kepala Madrasah yang mana dulunya beliau hanya seorang petugas keamanan security atau satpam biasa orang menyebutnya. Beliau adalah satpam Pesantren Teknologi Riau, itulah awal permulaan perjalanan karir beliau bekerja. Tetapi walaupun beliau seorang satpam namun satpam yang satu ini adalah sarjana lulusan Universitas Islam Negeri SUSKA Riau yang dulunya IAIN SUSQO. Beliau adalah satpam dengan latar belakang S1, sekarang beliau menjadi seorang kepala Madrasah.



Pendidikan Sekolah Dasar beliau tempuh di SDN 001 Airmolek pada tahun 1990. Di situlah Al kecil menempuh pendidikan Sekolah Dasarnya dan menghabiskan masa bermain kanak-kanak bersama teman-temannya. Setelah lulus SD beliau dikirim oleh kedua orangtuanya ke Pekanbaru di Pondok Pesantren Al-Munawwarah pada tahun 1996. Di Pondok Pesantren Al-Munawwarah Al yang menginjak usia remaja di didik dengan didikan yang keras dan disiplin ala pesantren sehingga membentuk kepribadian beliau yang mandiri dan tidak cengeng. Pendidikan agama senantiasa membimbing dan memagari beliau sehingga beliau bisa menjadi anak yang paham dan mengerti akan ajaran Islam. Selama 6 tahun beliau dididik di Ponpes Al-Munawarrah dan setelah menamatkan pendidikannya tersebut beliau melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kebangku kuliah, beliau melanjutkan pendidikannya karena ingin mendalami ilmu agamanya yang telah ia dapatkan selama di Pesantren. Karena itulah beliau mengambil jurusan KI atau Kependidikan Islam, pada tahun 2002 beliau menyelesaikan S1 nya dengan gelar S.Pd.I.

Setelah menamatkan SI nya beliau mencoba untuk mencari pekerjaan dan mengantarkan beliau hingga di Pesantren Teknologi Riau. Tepatnya tanggal 10 Juni 2003 beliau bergabung di Pesantren Teknologi Riau, melamar sebagai tenaga keamanan, dipercayakan untuk memimpin tenaga keamanan di Pesantren Teknologi Riau dengan anggota lima orang. Menjadi tenaga keamanan tidaklah mudah, suka dan duka beliau lewati dengan kesabaran dan keikhlasan. Beliau mengatakan kepada penulis bahwa,” Disamping suka pasti lebih banyak dukanya”. Sewaktu akan diterima di Pesantren Teknologi Riau beliau melewati beberapa tes. Tes tulisan, tes samapta, dan terakhir tes interview. Alhamdulillah semua beliau lewati dengan lancar, namun beliau berkata kepada penulis, “Ada yang masih terngiang di telinga saat Bapak-Bapak dari yayasan menginterview saya, dengan menanyakan.” Anda tamatan IAIN, saya jawab iya pak.. baru saja tamat. kemudian dia bertanya lagi ,.. anda tidak malu seorang sarjana jadi satpam,.. sambil tersenyum bapak itu melanjutkan. saya malu melihat anda, karna saya satu almamater dengan anda lulusan IAIN pekanbaru melamar jadi satpam apa tidak ada kerja lain,.. maka saya jawab dengan spontan,.. maaf bapak saya tidak malu,.. tapi saya malu kalau lihat sarjana yang duduk dirumah menunggu hidayah dari Allah tanpa ada usaha,”. Pihak yang menginterview dengan tidak banyak pertanyaan beliau di minta untuk keluar ruangan, sambil berkata tunngu aja nanti pengumumannya lewat RRI.

Beliau bertutur bahwa dukanya menjadi tenaga keamanan, bukan karna tugas dan tanggung jawab, karna tugas dan tanggungjawab sebagai keamanan, itu sudah terbiasa dengan latar belakang saya pada masa kuliah menjadi anggota Resimen Mahasiswa dengan jabatan terakhir Kepala Provost, tapi tekanan dari orang lain kepada orang tua..,, orang tua menjadi bahan hinaan orang dengan perkataan yang tidak pernah beliau lupakan, sekali gus menjadi motivasi dalam hidup beliau untuk terus melangkah maju. “ percuma saja anak diMadrasahkan sampai sarjana, kalau harus jadi satpam. Dasar anak tak tau diri, tak bisa membanggakan orang tua.” Kata mereka…kepada orang tua beliau. Dengan perasaan yang sakit beliau katakan kepada ibunya, “Seorang satpam ini kelak akan jadi orang hebat mak”. Untuk menghibur hati orang tua yang terluka. Itulah motivasi beliau untuk senantiasa berusaha menjadi yang lebih baik lagi. Sempat beliau katakan kepada ibunya bahwa ibunya tidak boleh bersedih beliau akan membuktikan sebelum menikah beliau akan buat orangtuanya terseyum bangga dan bicara dihadapan mereka para tetangga yang mencibir bahwa anaknya sudah tidak jadi satpam lagi.
Dan kemudian Pada Tanggal 02 juni 2004 beliau dipanggil oleh yayasan untuk dipindahkan menjadi kepala tata usaha di Pesantren Teknologi Riau.,.singkatnya pada tahun 2005 ada pembukaan CPNS dan beliau mencoba ikut bersaing dengan sarjana –sarjana yang lain, itu adalah pertama kali beliau mengikuti tes CPNS di depag kota pekanbaru hingga kemudian dinyatakan Lulus. Tanggal 01 April 2006 beliau menerima SK dan ditempatkan sebagai guru agama Islam megajar Aqidah dan Ski. Di Madrasah Aliyah Ummatan Wasathan PTR
Dengan lembaran baru sebagai guru. Karena semangat belajar beliau yang tinggi akhirnya beliau pun memutuskan untuk kuliah lagi menempuh S2 nya, karena beliau ingin semakin mendalami karirnya sebagai guru profesional beliau mengambil jurusan PAI masih di Almamater yang sama IAIN SUSQO yang kini berubah nama menjadi UIN SUSKA Riau. Sebagai Guru beliau meniti karil dari wali kelas kemudian dipercaya sebagai Pembina Organisasi Santri dan selanjutnya di beri jabatan wakil kepala bidang kesantrian, perjalanan waktu yang panjang menuntun beliau menjadi kepala Madrasah di Madrasah Aliyah Ummatan Wasathan, tidak pernah terlintas dipikiran beliau bahwa akan menjadi kepala Madrasah yang sudah pasti akan banyak persoalan dan pekerjaan yang akan dilakukan. Dengan banyak pelajaran dan pengalaman serta tunjuk ajar yang beliau dapatkan dari pak Irnanda selaku kepala Madrasah sebelumnya. Pak Irnanda berkali-kali meyakinkan beliau untuk mengantikan posisi beliau, karena pak Irnanda mempunyai keyakinan bahwa Alhadar Kurdi memiliki kemampuan dan potensi. Sudah sekian lama pak Irnanda mengkarirkan beliau untuk meneruskan cita-cita beliau membangun Madrasah ini.

Dan disela kesibukan beliau sebagai kepala Madrasah, untuk menambah wawasan serta mencari tambambahan ilmu, beliau juga mendapat kepercayaan untuk menjadi dosen di STAI Nurul Falah di tanah kelahiran beliau di Airmolek dengan mengampuh mata kuliah Akhlak Tasawuf, dan filsafat Islam. Beliau mengatakan, “ Bahwa semua itu juga tak terlepas untuk mengobati hati orang tua yang pernah dilukai orang”
Dalam memimpin Madrasah Aliyah di Pesantren Teknologi Riau beliau mempunyai Visi dan misi, Visi dan Misi tersebut adalah memajukan Madrasah ini, sesuai dengan visi misi Madrasah “Menjadikan Santri yang Mantap Imannya Serta Tidak Kalah Saing Dibidang Teknologi”. Dengan keyakinan bahwa santri bisa mandiri dengan keahlian yang didapatinya di PTR, otomotif, pertanian dan Komputer,.serta mempersiapkan santri-santri yang hafiz Al-Qur`an. Terakhir beliau menuturkan Mohon do’a dan dukungan dari semua pihak untuk semua ini agar dapat terlaksana.
Dan sekarang beliau sudah dapat bernapas lega, karna sudah dapat membuktikan kepada kedua orangtua beliau bahwa si penjaga Madrasah dulu yang dicibir kini sudah jadi kepala Madrasah. Demikian sepenggal cerita inspiratif yang semoga dengan membacanya kita bisa mengambil setiap sisi positif agar dapat kita jadikan sebagai motivasi kita dalam menghadapi setiap keputusaan di dunia kerja.(Oleh : Ustadzah Misnatin Badriyah, M.Pd, Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris)
Kisah Inspiratif Si Penjaga Madrasah yang Menjadi Kepala Madrasah Kisah Inspiratif Si Penjaga Madrasah yang Menjadi Kepala Madrasah Reviewed by MA. Ummatan Wasathan PTR on Agustus 18, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar: